Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Keterbatasan Ekonomi, Orang Tua Gantungkan Cita-cita Anak ke Sekolah Rakyat di Pamekasan

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 16:31 WIB
Fathor Rahman,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Ibu dan anak tidak mudah dipisahkan begitu saja. Kalimat itu yang dikatakan Uswatun Hasanah, orang tua salah satu siswa di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 29 Pamekasan.

Beberapa hari sejak anaknya berada di sekolah, ia mengaku sedih. Biasa berkumpul setiap waktu, kini rumah lebih sepi dari biasanya.

Hal serupa juga dirasakan anaknya, Shafa yang tengah berada di sekolah rakyat.

Hari berganti bulan, merekapun terbiasa jauh. Demi cita-cita anaknya, Uswatun Hasanah rela berjauhan dengan putrinya.

"Sehari dua hari anak saya tidak betah. Tapi lama kelamaan justru sangat betah di sana," katanya.

Baca juga: Tantangan Sekolah Rakyat Sumenep, Ditinggal Puluhan Siswa dan Alat Belajar Masih Kosong

Sejak itu, ia tidak lagi khawatir soal keberadaan anaknya di sekolah rakyat. Apalagi, pihak sekolah sudah memberikan pelayanan terbaik.

"Saat makan, belajar hingga kondisi anak kami selalu mendapat kabar dari sekolah," katanya.

Uswatun menaruh harapan besar, anaknya bisa meraih cita-cita dari sekolah rakyat di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.

Anaknya mendapatkan harapan baru untuk jadi dokter.

Harapan meraih cita-cita

"Alhamdulillah dengan adanya sekolah rakyat ini saya sangat terbantu. Saya hanya menyiapkan uang jajan setiap bulan," tuturnya.

Sedikitnya, ia menyisihkan Rp 200.000 sebulan untuk jajan anaknya.

Setiap besuk pada hari minggu, empat kali dalam sebulan memberi uang Rp 50.000 kepada anaknya di sekolah rakyat.

Baca juga: Di Balik Layar Sekolah Rakyat di Sumbawa, Kisah Wali Asuh yang Bekerja 24 Jam Bina Karakter Anak

"Saya pasrahkan anak saya ke sekolah rakyat. Saya berharap anak saya mudah meraih cita-citanya nanti," ucapnya.

Hal yang sama diakui Novianti yang sejak Agustus berpisah dengan buah hatinya. Rindu, sepi rasa yang tidak pernah dia tolak sejak itu.

Namun keadaanlah yang menyebabkan mereka harus berpisah.

"Pada akhirnya saya rela demi anak dan cita-cita anak saya," katanya.

Novianti rutin mengunjungi anaknya setiap hari minggu. Ia pun menyiapkan uang jajan tidak lebih dari Rp 50.000 dalam sepekan.

"Meski jauh tapi saya selalu berusaha datang ke sekolahnya setiap minggu. Kondisi anak saya sangat baik di sana," katanya.

Ia bercerita, anaknya bermimpi menjadi polisi wanita. Baginya, itu berat di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.

Baca juga: Kuota Sekolah Rakyat Rintisan Sragen Hampir Penuh, Pendaftaran Ditutup 17 Oktober

Namun, hadirnya sekolah rakyat seolah memberikan harapan baru. Anaknya bisa bersekolah dengan fasilitas yang baik.

Bahkan dengan pola makan yang diatur dengan haik oleh sekolah.

"Sejak itu hanya bisa berdoa semoga anak saya bisa sukses sesuai cita-citanya," ucapnya.

Novianti menitipkan anaknya secara penuh kepada sekolah rakyat sehingga bisa tumbuh sukses dan meraih cita-citanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau