SUMENEP, KOMPAS.com – Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 49 di Kecamatan Batuan, Sumenep, resmi diluncurkan pada 30 September 2025.
Saat peresmian, tercatat ada 96 siswa dari jenjang SD dan SMP yang mulai menempuh pendidikan di lembaga berasrama tersebut.
Namun, belum genap sebulan, jumlah siswa menyusut menjadi 75 orang. Data ini per Kamis (16/10/2025) karena 21 siswa telah mengundurkan diri.
Wakil Kepala Humas SRT 49, Meliana Risdiyanti, mengonfirmasi banyaknya pengunduran diri tersebut, yang mayoritas berasal dari jenjang SD.
"Mayoritas yang mengundurkan diri memang dari tingkat SD, karena mereka memang masih kanak-kanak," kata Meliana kepada Kompas.com di Sumenep, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: Di Balik Layar Sekolah Rakyat di Sumbawa, Kisah Wali Asuh yang Bekerja 24 Jam Bina Karakter Anak
Menurut Meliana, konsep sekolah berasrama menjadi tantangan terbesar, terutama bagi siswa kecil yang masih kesulitan melepas ketergantungan pada keluarga.
Di samping itu, pihak sekolah mengakui bahwa sebagian orang tua masih skeptis terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan.
Banyak dari mereka belum sepenuhnya memahami pola hidup dan belajar di asrama.
Kekhawatiran orang tua semakin meningkat karena aktivitas belajar berlangsung dari pagi hingga malam, sehingga muncul rasa kasihan dan takut anak kelelahan.
"Kami coba gali dari siswa dan orang tua, memang perlu penyesuaian," tambahnya.
Selain itu, ada siswa yang tidak diterima karena usia sudah melebihi batas maksimal 19 tahun, yang turut menambah daftar pengunduran diri.
Baca juga: Sekolah Rakyat dan Cerita Anak Kurang Mampu Penerimanya di Setahun Prabowo–Gibran
Untuk penyesuaian awal, pihak sekolah mulai merancang pola pembelajaran dinamis agar siswa tidak jenuh dan bisa betah tinggal di lingkungan asrama.
Suasana para siswa SRT 49 saat mengikuti pelajaran olahraga lapangan di depan asrama, Kamis (16/10/2025). Namun, SRT 49 Sumenep juga menghadapi kendala serius terkait fasilitas.
Alat tulis dan buku pembelajaran belum tersedia dan setiap kelas masih kosong dari perangkat pendukung belajar seperti LCD dan proyektor, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan minim sarana.