Kisah yang semakin menguatkan Purnomo untuk berinvestasi emas datang dari cerita seorang siswi SMA yang mampu menabung emas di Pegadaian dari hasil jualan scrunchie atau ikat rambut.
Siswi tersebut disiplin menyisihkan uang sakunya, lalu mengembangkannya dengan berjualan scrunchie, hingga akhirnya ia bisa menabung logam mulia di Pegadaian.
“Tapi dia memperlakukan tabungannya itu sebagaimana ‘teman’. Artinya kalau dia butuh, dia ‘pinjam’ dulu yang nantinya akan dikembalikan lagi. Jadi dia tidak pernah berutang kepada siapa pun selain kepada tabungannya sendiri,” cerita Purnomo.
Baca juga: Kisah Pembuat Roti di Bangkalan, Merajut Mimpi Besarkan Usaha Lewat Tabungan Emas
Perlakuan siswi tersebut juga sama tatkala meminjamkan tabungan emas batangannya ke sang ibu yang sedang terdesak kebutuhan ekonomi, dan sangat membutuhkan uang.
“Sama anak tersebut ibunya ditawari dipinjami tabungan emas tapi harus dikembalikan,” tuturnya.
Cerita sederhana itu, menurut Purnomo, begitu menyentuh bagi dirinya. Kisah tersebut menjadi motivasi bagi Purnomo, bahwa berinvestasi emas batangan sangat berguna untuk masa depan, sebagai investasi jangka panjang.
“Seolah sikap saya itu terpengaruh dengan apa yang saya dengar, dengan sistem tandon yang dilakukan Gen Z itu,” tuturnya.
Baca juga: Cinta Ibu dalam Setiap Gram Emas: Dari Rp 15.000, Lily Bangun Masa Depan Anak-anaknya
“Gen Z saja bisa menabung emas dari jualan kecil-kecilan, masa kita tidak bisa? Itu jadi cambuk semangat buat kita,” lanjut Purnomo.
Adapun kisah inspiratif tersebut didapat Purnomo dari mulut ke mulut, dari ibu-ibu penerima PKH saat rutinan pertemuan kelompok.
“Cerita itu saya dapat dari ibu-ibu penerima PKH, ketika sharing- sharing di pertemuan kelompok,” ungkap Purnomo.
Bagi Purnomo, emas batangan sudah beberapa kali terbukti menjadi “penolong” ketika ada kebutuhan mendesak.
Misalnya saat membayar keperluan tak terduga maupun kebutuhan keluarga lainnya. Purnomo sudah beberapa kali merasakan langsung selisih keuntungan harga jual kembali, terutama saat harga logam mulia sedang meroket.
“Pernah waktu itu saya jual, selisihnya tidak besar, tapi lumayan. Rasanya beda kalau kita simpan uang biasa. Emas itu nilainya mengikuti pasar, kalau sabar bisa jadi tabungan jangka panjang yang menguntungkan,” kata Purnomo.
Kini, ia rutin menabung emas di Pegadaian bersama istrinya. Ia pun kerap membagikan pengalaman ini kepada keluarga penerima manfaat PKH sebagai motivasi agar bijak dalam mengelola bantuan maupun penghasilan mereka.
“Kalau generasi muda bisa mulai dari uang jajan dan usaha kecil seperti jualan scrunchie, kita pun bisa memulainya dari apa yang kita punya, yang penting konsisten,” sebutnya.