JEMBER, KOMPAS.com - Bagi Ismail Sholeh, emas tak sekadar logam mulia bernilai tinggi, tapi juga jaminan masa depan pendidikan anaknya.
Hampir dua tahun terakhir, pria yang bertempat tinggal di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, ini konsisten menabung emas.
Baginya emas ialah pelindung nilai uang, pilihan tepat untuk mempersiapkan kebutuhan pendidikan anak semata wayangnya yang kini duduk di kelas 9 SMP.
Baca juga: Berkat Tabungan Emas, Hefni Wujudkan Mimpi Beli Rumah dan Mobil
Kesadaran itu muncul bukan karena tren, namun ia punya pemahaman mendalam akan kondisi ekonomi dan prediksi masa depan.
“Biaya pendidikan semakin naik, kita enggak tahu nanti punya uang atau tidak. Tapi kalau punya emas, setidaknya anak aman,” kata pria yang akrab disapa Liam itu, Senin (22/9/2025).
Baca juga: Kisah Pembuat Roti di Bangkalan, Merajut Mimpi Besarkan Usaha Lewat Tabungan Emas
Liam memilih Galeri 24 Pegadaian sebagai tempat utamanya membeli emas. Alasannya sederhana, kepercayaan.
Tidak adanya cabang Antam di Jember membuat Galeri 24 jadi pilihan paling logis dan meyakinkan.
Ia menilai, sebagai bagian dari BUMN, Pegadaian memberi rasa aman dan kredibilitas yang sulit ditandingi.
Ditambah lagi, harga di Galeri 24 milik Pegadaian tergolong kompetitif, dengan layanan jual kembali yang mudah dan tanpa syarat yang rumit.
“Enggak ada minimal, enggak pakai drama, pencairan langsung,” ujar pria kelahiran Probolinggo itu.
Langkah awalnya juga tidak main-main. Ia langsung membeli 50 gram emas ketika memutuskan investasi ini sebagai dana pendidikan anak.
Targetnya, mengumpulkan emas sebanyak yang dibutuhkan sesuai estimasi biaya kuliah di masa depan, saat nanti putranya mulai masuk perguruan tinggi.
Sejak itu, setiap ada kelebihan dana, ia langsung membelanjakannya untuk emas.
“Daripada uang disimpan, mending dikonversi jadi emas. Dia mengendap tapi enggak menyusut nilainya,” kata pria 45 tahun itu.
Ia tetap memenuhi kebutuhan harian, tapi dana cadangan masa depan ia alihkan dalam bentuk logam mulia.