Walaupun tidak bisa bermain sound secara heboh hingga horeg, Sony menyebut bahwa mereka masih bisa atraksi lewat permainan lighting, adu tampilan videotron, barisan, hingga kostum yang dikenakan.
"Kita ciptakan acara agar meriah, dan seharusnya vibes-nya bagus ya," tuturnya.
Sebab, antusiasme masyarakat pun cukup tinggi untuk kegiatan karnaval sound yang telah digelar sejak dua tahun belakangan tersebut.
Sementara itu, terkait stigma negatif yang menjurus kepada pelaku maupun penikmat sound horeg, Sony menyebut bahwa perspektif orang bisa saja berbeda-beda.
Stigma negatif sound horeg disebutnya sebagai hasil pemikiran orang banyak yang kemudian dikerucutkan.
Padahal, para penikmat sound horeg menurutnya sudah taat aturan. Selain itu, mereka juga butuh wadah dan fasilitas untuk dapat menyalurkan kegemaran mereka.
Pihaknya pun berupaya agar kegiatan yang diikuti nanti tak bersinggungan dengan masyarakat yang kontra, yaitu dengan melengkapi seluruh perizinan mulai dari desa hingga kepolisian, serta mentaati peraturan yang ditetapkan pemerintah.
"InsyaAllah sudah memenuhi persyaratan. Semoga bisa menjadi acara yang baik tidak bertabrakan dengan aturan yang diterapkan supaya sama-sama enak," tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang