Seiring dengan perkembangan waktu, pada Tahun 1978 bangunan yang mirip bintang itu diresmikan sebagai perpustakaan.
Lengkap dengan meja dan kursi bagi pembacanya.
"Sedangkan total koleksi buku di dua perpustakaan sebanyak 10 ribu buku," katanya.
Baca juga: Upaya Perpustakaan Daerah Kota Pasuruan di Tengah Minimnya Minat Baca
Di perpustakan milik P3GI ini berbeda dengan perpustakaan lainnya.
Karena hampir semuanya bertema perkembangan perkebunan, khusus tentang penelitian tebu dan hasil produksinya.
Para pembaca hanya bisa menikmati bacaan di lokasi perpustakaan untuk keamanan buku.
"Rata-rata buku disini kan usianya sudah puluhan tahun, untuk keamanan buku pembaca diperbolehkan untuk membaca di sini," terangnya.
Guna mengupdate koleksi buku, pihak P3GI juga membuat jurnal dan buku secara berkala.
Tiap tahun para peneliti di P3GI membuat dua jurnal atau menerbitkan buku tentang perkebunan atau gula.
"Kalau di perpustakaan bawah tanah ini, kondisi bukunya sudah layak. Ruangan sudah terang dan ber-AC. Sedangkan jenis bukunya sudah berbahasa Indonesia, tapi sebagian masih berbahasa Inggris dan Belanda," imbuhnya.
Untuk mengurangi suasana kusam, kini P3GI juga terus memperbaiki di bagian sisi luarnya. Bercat putih dan penerangan yang cukup.
Selain itu, juga memangkas sejumlah pohon agar tidak menjulang tinggi.
Kemudian untuk menambah ramainya kunjungan pihak menejemen juga menargetkan dalam setahun minimal terdapat 5 ribu orang. Baik perorangan maupun rombongan.
Mulai dari jenjang TK hingga ke perguruan tinggi.
"Kalau rombongan anak-anak TK yang berkunjung, selain melihat alat-alat kuno tebu juga agendanya masuk ke perpustakaan. Kalau mahasiswa biasanya digunakan untuk referensi melengkapi tugas," katanya.