BANYUWANGI, KOMPAS.com - Fenomena warung tempel tampak di tengah kemacetan ekstrem yang terjadi di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Warung tempel tersebut merupakan warung lesehan non-permanen yang berdiri khusus saat momentum tertentu, yaitu karena terjadi kepadatan di area pelabuhan.
Salah satu penjual adalah Ika Kamilia, warga sekitar Pelabuhan Ketapang yang mendirikan warung tempel di Dermaga Bulusan Pelabuhan Ketapang.
"Sudah empat hari jualan, buka 24 jam," kata perempuan yang akrab disapa Emil itu, Jumat (18/7/2025).
Baca juga: Sopir Truk Minta Kapal Tua Tak Lagi Layani Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
Warung Emil sangat sederhana, hanya terdiri dari etalase berukuran sedang yang ditaruh di atas meja.
Alasnya, ia memasang karpet rumahan, dan atapnya, ia memasang terpal sekitar 2 meter x 2 meter yang diikat atau ditempelkan ke pagar besi pelabuhan.
Di meja itu juga, terdapat kompor kecil dan gas melon yang digunakan untuk membuat kopi yang biasa dipesan sopir.
"Selain kopi, ada es, mi, air mineral, ada nasi juga," ujarnya.
Baca juga: Tertahan 2 Hari akibat Kemacetan Ekstrem di Pelabuhan Ketapang, Sopir Truk: Uang Makan Menipis
Untuk nasi, Emil membawa dagangan titipan dari orang lain, dia hanya memajang nasi tersebut di warungnya dan menunggu pembeli.
Selama 24 jam, dia berjaga di warungnya bersama anaknya yang masih berusia 9 bulan.
Ia dan anaknya bahkan tidur di sana bersama sang suami yang bekerja sebagai pengurus truk di area pelabuhan.
"Alhamdulillah ada saja yang beli," tuturnya.
Baca juga: Temuan Inspeksi KSOP di Pelabuhan Ketapang Mengingatkan akan Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya
Namun Emil tak merinci berapa penghasilannya setiap hari sebab penghasilannya langsung dijadikan satu untuk kebutuhan hidup dan kelengkapan warung.
Emil mengaku memanfaatkan kepadatan Pelabuhan Ketapang dengan baik sebab jika arus kembali normal, ia tak diizinkan berdagang di sana.
"Ini hanya boleh kalau ada kemacetan, kalau lancar dibongkar lagi," jelasnya.
Baca juga: Pengendara Ngeblong Perparah Kemacetan Ekstrem di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi
Menurutnya, hal tersebut seperti peraturan tak tertulis bahwa dia harus segera mengemasi warungnya apabila arus kembali normal.
Dia pun mengaku bersyukur dan berterima kasih dapat diperbolehkan mengais rizki di tengah kepadatan Pelabuhan Ketapang.
"Alhamdulillah diperbolehkan, asal kalau hanya saat macet saja, kalau normal ya tidak jualan di sini, saya jualan di rumah," ujar dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang