BLITAR, KOMPAS.com – Seorang ibu rumah tangga yang memasak kolak kacang hijau untuk dibagikan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan di posyandu lansia Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, turut menjadi korban keracunan kolak yang ia buat sendiri.
Bahkan, suami dan anak dari ibu tersebut juga turut mengalami gejala keracunan sehingga harus menjalani rawat inap di fasilitas kesehatan setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati, mengatakan, pembuat kolak kacang hijau yang diduga menjadi penyebab keracunan massal pada kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi lansia itu turut menjadi korban keracunan.
“Jadi si ibu ini, juga suami dan anaknya, ikut menjadi korban. Mereka bertiga sama-sama harus menjalani rawat inap,” ujar Christine kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (13/5/2025) malam.
Baca juga: Korban Keracunan Massal Kolak Posyandu di Blitar Bertambah Jadi 70 Orang, 29 Rawat Inap
Menurut Christine, fakta tersebut menegaskan tidak adanya unsur kesengajaan pada insiden keracunan massal yang dialami 70 orang.
Bahkan, lanjutnya, wanita yang memasak kolak kacang hijau itu sebelumnya sudah beberapa kali memasak makanan tambahan untuk dibagikan pada kegiatan serupa di posyandu yang sama.
Kata Christine, sempat muncul dugaan bahwa kolak kacang hijau itu sudah basi saat dikonsumsi oleh korban yang mengalami gejala keracunan.
Baca juga: Cerita Lansia Korban Keracunan di Posyandu Blitar: Rasa Kolak Kacang Hijaunya Kecut
Dugaan itu didasarkan pada pengakuan sejumlah korban yang sempat merasakan kolak kacang hijau tersebut terasa masam di mulut mereka.
Christine menambahkan, wanita yang tidak disebutkan identitasnya itu memasak kolak kacang hijau dalam beberapa tahap, mulai dari perebusan kacang hijau, pembuatan santan dan perebusannya, serta pencampuran seluruh bahan termasuk penambahan gula.
Pembuat kolak tersebut, ujarnya, merebus kacang hijau pada Jumat (10/5/2025) malam atau sekitar 12 jam sebelum kegiatan pemeriksaan kesehatan yang berlangsung pada Sabtu (11/5/2025) pagi.
Lalu, pada Sabtu menjelang subuh sekitar pukul 03.00 WIB, pembuat kolak menyiapkan santan dan merebusnya.
“Tapi dengan pengakuan rasa masam kolak serta jarak waktu perebusan kacang hijau yang cukup panjang sebelum dibagikan ini, kami simpulkan penyebab keracunan. Kami harus menunggu hasil uji laboratorium atas sampel kolak,” tuturnya.
Kemungkinan lain penyebab keracunan, kata dia, adalah adanya kontaminasi bakteri atau pun jamur pada kolak kacang hijau yang dibagikan pada kegiatan pemeriksaan kesehatan itu.
Insiden keracunan massal ini berawal dari kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi warga lanjut usia di posyandu Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, pada Sabtu (10/5/2025) pagi. Kegiatan itu diikuti oleh 57 lansia.
Penyelenggara kegiatan menyediakan 100 paket makanan berisi kolak kacang hijau dan buah pisang.
Keesokan harinya, Minggu (11/5/2025), sejumlah warga yang ikut mengonsumsi paket makanan tersebut mengalami gejala mual, muntah, dan diare.
Hingga Selasa (13/5/2025) pagi, telah terdata 70 orang yang mengalami gejala keracunan, sebanyak 29 di antaranya harus menjalani rawat inap di sejumlah fasilitas kesehatan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang