Salin Artikel

Keracunan Massal Posyandu Lansia di Blitar, Pembuat Kolak dan Keluarga Ikut Jadi Korban

BLITAR, KOMPAS.com – Seorang ibu rumah tangga yang memasak kolak kacang hijau untuk dibagikan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan di posyandu lansia Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, turut menjadi korban keracunan kolak yang ia buat sendiri.

Bahkan, suami dan anak dari ibu tersebut juga turut mengalami gejala keracunan sehingga harus menjalani rawat inap di fasilitas kesehatan setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati, mengatakan, pembuat kolak kacang hijau yang diduga menjadi penyebab keracunan massal pada kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi lansia itu turut menjadi korban keracunan.

“Jadi si ibu ini, juga suami dan anaknya, ikut menjadi korban. Mereka bertiga sama-sama harus menjalani rawat inap,” ujar Christine kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (13/5/2025) malam.

Menurut Christine, fakta tersebut menegaskan tidak adanya unsur kesengajaan pada insiden keracunan massal yang dialami 70 orang.

Bahkan, lanjutnya, wanita yang memasak kolak kacang hijau itu sebelumnya sudah beberapa kali memasak makanan tambahan untuk dibagikan pada kegiatan serupa di posyandu yang sama.

Kata Christine, sempat muncul dugaan bahwa kolak kacang hijau itu sudah basi saat dikonsumsi oleh korban yang mengalami gejala keracunan.

Dugaan itu didasarkan pada pengakuan sejumlah korban yang sempat merasakan kolak kacang hijau tersebut terasa masam di mulut mereka.

Christine menambahkan, wanita yang tidak disebutkan identitasnya itu memasak kolak kacang hijau dalam beberapa tahap, mulai dari perebusan kacang hijau, pembuatan santan dan perebusannya, serta pencampuran seluruh bahan termasuk penambahan gula.

Pembuat kolak tersebut, ujarnya, merebus kacang hijau pada Jumat (10/5/2025) malam atau sekitar 12 jam sebelum kegiatan pemeriksaan kesehatan yang berlangsung pada Sabtu (11/5/2025) pagi.

Lalu, pada Sabtu menjelang subuh sekitar pukul 03.00 WIB, pembuat kolak menyiapkan santan dan merebusnya.

“Tapi dengan pengakuan rasa masam kolak serta jarak waktu perebusan kacang hijau yang cukup panjang sebelum dibagikan ini, kami simpulkan penyebab keracunan. Kami harus menunggu hasil uji laboratorium atas sampel kolak,” tuturnya.

Kemungkinan lain penyebab keracunan, kata dia, adalah adanya kontaminasi bakteri atau pun jamur pada kolak kacang hijau yang dibagikan pada kegiatan pemeriksaan kesehatan itu.

Insiden keracunan massal ini berawal dari kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi warga lanjut usia di posyandu Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, pada Sabtu (10/5/2025) pagi. Kegiatan itu diikuti oleh 57 lansia.

Penyelenggara kegiatan menyediakan 100 paket makanan berisi kolak kacang hijau dan buah pisang.

Keesokan harinya, Minggu (11/5/2025), sejumlah warga yang ikut mengonsumsi paket makanan tersebut mengalami gejala mual, muntah, dan diare.

Hingga Selasa (13/5/2025) pagi, telah terdata 70 orang yang mengalami gejala keracunan, sebanyak 29 di antaranya harus menjalani rawat inap di sejumlah fasilitas kesehatan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/13/224251478/keracunan-massal-posyandu-lansia-di-blitar-pembuat-kolak-dan-keluarga-ikut

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com