BANYUWANGI, KOMPAS.com - Keluarga Rizal Sampurna, seorang pekerja migran Indonesia asal Banyuwangi, Jawa Timur, terkejut dengan penyebab kematian yang disampaikan otoritas Kamboja.
Rizal diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di negara tersebut.
Berdasarkan surat kematian yang diterima oleh keluarga, otoritas Kamboja menyatakan bahwa Rizal meninggal dunia akibat serangan jantung saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Keluarga kaget, alasannya karena Rizal tidak punya riwayat sakit jantung," ungkap Bagus Trisula, kuasa hukum keluarga Rizal, Rabu (7/5/2025).
Baca juga: Jasad Anaknya Tak Kunjung Datang dari Kamboja, Kesehatan Ibu Rizal Sampurna Menurun
Terkait dugaan adanya penyiksaan, kuasa hukum telah berkoordinasi dengan pihak Komisi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Namun, informasi yang diterima menyatakan bahwa tidak ada laporan mengenai penyiksaan terhadap Rizal.
Meskipun demikian, keluarga Rizal merasa tidak dapat berbuat banyak dan tidak menyampaikan protes terkait hal tersebut.
Mereka berusaha menerima informasi yang disampaikan meskipun Rizal pernah mengisyaratkan bahwa ia merasa tidak aman selama bekerja di Kamboja.
"Keluarga menerima info itu dan fokus menunggu pemulangan jenazahnya," tambah Bagus.
Informasi terbaru menyebutkan bahwa Bagus menerima kabar dari seseorang bernama Dhina, yang mengaku berasal dari otoritas Bandara Soekarno-Hatta.
Baca juga: Pengelola Gedung di Kamboja Siap Biayai Pemulangan Jenazah Rizal Sampurna
Ia menyampaikan bahwa jenazah Rizal Sampurna akan diterbangkan dari Kamboja pada 9 Mei 2025 menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
Jenazah dijadwalkan tiba pada 10 Mei 2025 dan keluarga akan menunggu untuk melihat jadwal penerbangan menuju Bandara Juanda Sidoarjo.
"Jika saat itu ada jadwal penerbangan ke Bandara Juanda, maka saat itu juga jenazah akan diterbangkan ke Juanda," ucap Bagus menirukan pesan yang diterimanya.
Keluarga kini berfokus pada pemulangan jenazah Rizal ke rumah duka.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang