JEMBER, KOMPAS.com – Anak berusia tiga tahun asal Kabupaten Jember, Jawa Timur tidak bisa buang air besar (BAB) karena perutnya penuh dengan cacing ascariasis.
Akhirnya, anak tersebut dioperasi di RSD dr Soebandi dan ditemukan tiga mangkuk cacing di dalam ususnya.
Dokter spesialis anak RSD dr Soebandi dr. Muhammad Ali Shodikin, M. Kes. Sp. A menjelaskan anak tidak bisa BAB ketika frekuensinya kurang dari tiga kali dalam satu pekan, padahal seharusnya setiap hari.
Baca juga: Usai Cacing Ascariasis Dikeluarkan, Dokter Sebut Anak 3 Tahun dari Jember Sudah Bisa BAB Lagi
Menurut dia, ada dua faktor seorang anak tidak bisa BAB.
“Penyebabnya karena fungsional dan penyebab organik,” kata dia pada Kompas.com via telpon Jumat (18/4/2025).
Dia menjelaskan faktor fungsional yakni tidak gangguan pada organnya tubuhnya, namun mengalami gangguan pada fungsinya.
Seperti karena kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat, kekurangan cairan atau kekurangan buah-buahan.
Hal itu membuat veses menjadi kering atau keras sehingga sulit dikeluarkan.
“Kalau pada anak itu akan menyebabkan siklus, karena veses keras sehingga saat BAB akan terasa nyeri, sehingga anak akan takut untuk BAB,” tambah dia.
Baca juga: Dokter Ungkap Kebiasaan Anak di Jember yang Perutnya Dipenuhi Cacing Ascariasis hingga Tak Bisa BAB
Akibatnya, kata dosen Fakultas Kedokteran Unej itu, anak akan selalu menahan BAB sehigga tidak mau BAB.
Selain itu, penyebab lainnya juga karena anak mengalami stres.
Seperti anak mengalami stres saat pindah rumah atau pindah sekolah.
“Juga stres bisa karena tempat BAB beda, misal pergi ke rumah neneknya sehingga tidak mau BAB,” papar dia.
Bahkan, kata dia anak tidak BAB juga karena orang tua yang kerap bertengkar hingga pembantu rumah tangga yang berganti.
Dia menilai hal masalah ini paling banyak terjadi dan dibawa ke rumah sakit.
“Itu bisa diatasi dengan perbaikan situasi psikologis dan menambah makanan yang berserat,” ujar dia.
Baca juga: Perut Penuh Cacing Ascariasis, Dokter: Cacingan Sampai Buat Sumbatan di Usus Jadi Kasus Pertama
Sedangkan penyebab organik, lanjut dia, karena ada kelainan dalam usus besar maupun di sekitar ususnya.
Seperti anak yang mengalami sumbatan di dalam ususnya sehingga menganggu perjalanan veses keluar melalui anusnya.
“Misalnya penyakitnya ada namanya Hirschsprung disease, yaitu ada bagian usus besar yang menyempit di bagian bawah karena sarafnya tidak terbentuk sehingga vesesnya tidak bisa jalan, ini sering ditemukan pada anak,” papar dia.
Selain itu, tambah dia, karena usus dipenuhi saraf otonom.
Misal anak yang mengalami pendarahan atau gangguan di otak, kontrol untuk buang air besar bisa tidak baik dan mengalami sembelit.
Bisa juga kalau kekurangan hormon, usus bergerak selain karena saraf yang harus bagus, juga ada peran hormon tiroksin.
"Kalau hormon itu kurang, akan menyebabkan pergerakan usus melambat, sehingga BAB tidak lancar karena kekurangan hormorn tiroxin, nama penyakitnya hipotiroid,” terang dia.
Baca juga: Cegah Infeksi Cacingan, Ibu: Anak Saya Biasa Minum Obat Cacing 2 Kali dalam Setahun
Kemudian, juga karena anak kurang gerak, misal pasien yang sakit berat. Pergeraan usus berkurang sehingga vesesnya keras sehingga sembelit.
“Kalau normalnya harus berdiri, duduk, jalan lari itu akan membentuk pergerakan veses dalam usus,” tambah dia.
Sebelumnya diberitakan perut seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Kabupaten Jember, Jawa Timur membesar hingga tak bisa buang air besar (BAB) selama seminggu.
Bahkan, anak tersebut juga mengalami sakit perut, kesulitan bernafas dan muntah. Akhirnya, ia dibawa ke RSD dr Soebandi Jember.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang