GRESIK, KOMPAS.com - Wabah infeksi cacing kembali menghantui banyak daerah di Indonesia. Rasa ngeri menyelimuti orang tua saat melihat berita anak-anak yang perutnya dipenuhi cacing, hingga harus dioperasi.
Di tengah kekhawatiran itu, Wahyu Andinia Srika, seorang ibu dari Desa Slempit, Kedamean, Gresik mempunyai cara sendiri untuk menghadapi situasi. Ia tidak panik, justru memilih bersikap tenang dan bijak demi melindungi sang buah hati.
Sebagai ibu yang setiap hari menemani tumbuh kembang anak, ia tentu tidak bisa menutup mata. Namun, ia memilih untuk tidak larut dalam kecemasan berlebihan.
"Ya pasti, namanya orang tua pasti khawatir, apalagi banyak yang sudah kena," tutur Wahyu kepada Kompas.com, Selasa (16/4/2025).
Baca juga: Dokter Ungkap Kebiasaan Anak di Jember yang Perutnya Dipenuhi Cacing Ascariasis hingga Tak Bisa BAB
Beruntung, tempat tinggalnya memiliki layanan Posyandu yang rutin hadir setiap bulan. Di sana, tidak hanya dilakukan pemantauan tumbuh kembang, tetapi juga pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat secara berkala.
"Kalau periksa khusus tidak, karena untungnya setiap bulan ada Posyandu sekaligus screening kesehatan. Dan bulan ini dapat obat cacing dari Posyandu," ujar Wahyu.
Bahkan, dalam setahun, program pemberian obat cacing dilaksanakan dua kali sebagai langkah pencegahan yang serius.
Namun, baginya perlindungan anak bukan hanya soal obat. Ia percaya pada pentingnya komunikasi.
Melalui obrolan sehari-hari, ia menyisipkan pesan-pesan penting soal kebersihan dan cara menjaga diri kepada anaknya yang berusia 4 tahun 5 bulan.
"Pasti ngobrol dengan pelan-pelan, dari kehidupan sehari-hari. Misalnya lagi main dikasih tahu jangan yang ‘jembrot-jembrotan’. Lalu habis dari luar masuk rumah jangan lupa cuci kaki-tangan. Alhamdulillahnya anak ngerti," tuturnya sambil tersenyum.
Baca juga: Perut Anak di Jember Penuh Cacing Ascariasis, Bagaimana Penularannya?
Sebagai orang tua yang juga selektif soal makanan, ia melihat respons positif dari anaknya yang mulai mengerti pentingnya menjaga kesehatan.
Saat kasus cacingan kembali mencuat, Wahyu Andinia memilih jalan yang menenangkan—mencari informasi dan memahami situasi dari sumber yang bisa dipercaya.
"Khawatir itu pasti, tapi tidak heboh dan panik sendiri. Karena insya Allah tahulah cara menanganinya kayak gimana. Cukup tenang juga karena waktu Posyandu ada penjelasan dan dikasih obat. Meski khawatir tapi tetap kalem," tuturnya.
Rutinitas menjaga kebersihan kini menjadi perhatian lebih di rumahnya. Ia rajin mengingatkan anak untuk membersihkan diri setiap kali selesai bermain.
"Kalau itu sudah sehari-hari, terutama setelah dari luar rumah cuci kaki cuci tangan. Sekarang jadi lebih sering untuk mengingatkan," kata ibu berusia 30 tahun itu.
Untuk itu ia berharap pemerintah bisa lebih aktif dalam memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, tidak hanya saat Posyandu berlangsung.
"Dari dinas kesehatan, misal puskesmas itu lebih sering adanya penyuluhan. Tidak hanya pas Posyandu aja, mungkin ada sesi khusus untuk masyarakat melalui puskesmas-puskesmas sekitar," harapnya.
Sementara, dr. Nyoman, salah satu dokter yang menangani kasus infeksi cacing menyebutkan, kebiasaan hidup bersih menjadi kunci utama pencegahan.
"Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan, sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah," terang dr. Nyoman.
Kisah terkait infeksi cacing ini ramai terjadi di Jember, Jawa Timur beberapa waktu terakhir. Dimana seorang anak laki-laki berusia 3 tahun harus menjalani operasi darurat karena perutnya dipenuhi cacing.
Gejala yang dialami cukup berat, perut membesar, tidak bisa buang air besar (BAB) selama seminggu, hingga muntah dan sesak napas.
Kasus itu ditangani secara serius oleh tim dokter di RSD dr. Soebandi, Jember, Jawa Timur.
Empat spesialis yaitu bedah anak, parasitologi klinik, anak, dan anestesi, berembuk sebelum mengambil tindakan.
Saat dilakukan operasi, ditemukan tiga titik sumbatan di usus bocah tersebut.
Langkah darurat ini menjadi pengingat nyata betapa pentingnya pencegahan sejak dini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang