SURABAYA, KOMPAS.com - Musim hujan kerap mengundang ular kobra masuk rumah. Hal ini membuat penghuninya berada dalam bahaya.
Ular dapat sewaktu-waktu masuk ke dalam rumah melalui pintu, jendela, atau lubang yang terbuka.
Hewan reptil ini suka berada di tempat yang lembap, dingin, gelap, dan penuh dengan sumber makanan.
Tak sedikit, terdapat kasus gigitan ular masuk rumah hingga mengakibatkan korban jiwa di beberapa wilayah.
Baca juga: Fakta dan Mitos Kobra Masuk Rumah: Benarkah Bisa Ular Bisa Dihilangkan?
Dokter hewan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. Boedi Setiawan, MP, mengatakan, jenis ular yang paling sering ditemukan di dalam rumah yakni ular kobra jawa.
Menurutnya, hal tersebut diakibatkan karena rusaknya habitat asli ular kobra sehingga banyak ular yang berpindah ke daerah permukiman warga untuk mencari sumber makanan.
Baca juga: Fenomena Kobra Masuk Rumah: Perburuan Biawak Jadi Faktor Naiknya Populasi Ular
Maka dari itu, apabila terdapat rumah yang kotor, terlebih lagi ada tikus di dalamnya, maka bau kencing tikus tersebut dapat mengundang kehadiran ular.
“Apalagi sekarang di musim penghujan ini, setelah menetas banyak sarang ular yang kebanjiran. Akhirnya mereka mengungsi ke tempat yang nyaman di sekitar permukiman,” jelas Cak Boeseth, sapaan akrabnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/3/2025).
Ia menjelaskan, sejatinya keberadaan ular diciptakan sebagai predator tertinggi yang memakan tikus atau katak, yang mana tidak ada hubungannya dengan manusia.
“Namun, karena habitatnya terganggu sehingga mengakibatkan ular bisa berinteraksi dengan manusia di area permukiman warga,” terangnya.
Baca juga: Rumah Jadi Sarang Kobra? Begini Cara Usir Ular yang Benar, Bukan Pakai Garam
Dokter yang juga berprofesi sebagai dosen Divisi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu menyampaikan bahwa ketika seseorang tergigit, maka terdapat racun neurotoksin pada bisa ular yang dapat menyerang sistem saraf.
“Tergantung juga seberapa banyak dosis yang diinjeksikan saat tergigit, yang mana bisa itu akan masuk melalui sirkulasi pembuluh darah dan akan memengaruhi sistem saraf,” ujarnya.
Selain itu, bisa ular juga terkandung racun hemotoksin yang dapat mempengaruhi sel darah merah.
Racun tersebut, lanjutnya, dapat menyebabkan korban mengalami lemas otot, sesak napas, henti jantung, hingga kematian.
Cak Boeseth menjelaskan, beberapa tahapan yang dapat dilakukan sebagai penanganan pertama saat seseorang tergigit ular.
Pertama, korban tidak boleh panik. Sebab, apabila korban semakin panik, maka akan menyebabkan kegiatan tidak terkendali dan mempercepat penyebaran racun ke sirkulasi tubuh.
Kedua, lakukan imobilisasi atau meminimalisasi gerakan. Jadi, anggota tubuh yang tergigit itu usahakan jangan banyak bergerak agar racun tidak mudah menyebar.
Ketiga, cari kayu atau penopang sejenisnya untuk diletakkan di kanan dan kiri bagian tubuh yang tergigit.
Keempat, area yang tergigit diperban agar dapat menyanggah berat beban tubuh. Usahakan posisi luka yang tergigit lebih rendah dari posisi jantung.
Kelima, segera bawa korban ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk melakukan penanganan lebih lanjut.
“Nanti di sana akan dilakukan penyuntikan serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) pada pasien,” kata Cak Boeseth.
Ia menambahkan estimasi waktu penyelamatan korban mulai dari tergigit hingga penyuntikan serum sekitar 20 sampai 30 menit.
“Kalau lebih dari itu, maka racun akan semakin cepat menyebar sehingga mengakibatkan kematian,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang