Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digigit Ular Kobra? Begini Pertolongan Pertama supaya Terhindar dari Kematian

Kompas.com, 24 Maret 2025, 11:41 WIB
Azwa Safrina,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Musim hujan kerap mengundang ular kobra masuk rumah. Hal ini membuat penghuninya berada dalam bahaya.

Ular dapat sewaktu-waktu masuk ke dalam rumah melalui pintu, jendela, atau lubang yang terbuka.

Hewan reptil ini suka berada di tempat yang lembap, dingin, gelap, dan penuh dengan sumber makanan.

Tak sedikit, terdapat kasus gigitan ular masuk rumah hingga mengakibatkan korban jiwa di beberapa wilayah.

Baca juga: Fakta dan Mitos Kobra Masuk Rumah: Benarkah Bisa Ular Bisa Dihilangkan?

Dokter hewan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. Boedi Setiawan, MP, mengatakan, jenis ular yang paling sering ditemukan di dalam rumah yakni ular kobra jawa.

Menurutnya, hal tersebut diakibatkan karena rusaknya habitat asli ular kobra sehingga banyak ular yang berpindah ke daerah permukiman warga untuk mencari sumber makanan.

Baca juga: Fenomena Kobra Masuk Rumah: Perburuan Biawak Jadi Faktor Naiknya Populasi Ular

Maka dari itu, apabila terdapat rumah yang kotor, terlebih lagi ada tikus di dalamnya, maka bau kencing tikus tersebut dapat mengundang kehadiran ular.

“Apalagi sekarang di musim penghujan ini, setelah menetas banyak sarang ular yang kebanjiran. Akhirnya mereka mengungsi ke tempat yang nyaman di sekitar permukiman,” jelas Cak Boeseth, sapaan akrabnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/3/2025).

Ia menjelaskan, sejatinya keberadaan ular diciptakan sebagai predator tertinggi yang memakan tikus atau katak, yang mana tidak ada hubungannya dengan manusia.

“Namun, karena habitatnya terganggu sehingga mengakibatkan ular bisa berinteraksi dengan manusia di area permukiman warga,” terangnya.

Baca juga: Rumah Jadi Sarang Kobra? Begini Cara Usir Ular yang Benar, Bukan Pakai Garam

Dokter yang juga berprofesi sebagai dosen Divisi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu menyampaikan bahwa ketika seseorang tergigit, maka terdapat racun neurotoksin pada bisa ular yang dapat menyerang sistem saraf.

“Tergantung juga seberapa banyak dosis yang diinjeksikan saat tergigit, yang mana bisa itu akan masuk melalui sirkulasi pembuluh darah dan akan memengaruhi sistem saraf,” ujarnya.

Selain itu, bisa ular juga terkandung racun hemotoksin yang dapat mempengaruhi sel darah merah.

Racun tersebut, lanjutnya, dapat menyebabkan korban mengalami lemas otot, sesak napas, henti jantung, hingga kematian.

Bagaimana penanganan pertama jika tergigit?

Cak Boeseth menjelaskan, beberapa tahapan yang dapat dilakukan sebagai penanganan pertama saat seseorang tergigit ular.

Pertama, korban tidak boleh panik. Sebab, apabila korban semakin panik, maka akan menyebabkan kegiatan tidak terkendali dan mempercepat penyebaran racun ke sirkulasi tubuh.

Kedua, lakukan imobilisasi atau meminimalisasi gerakan. Jadi, anggota tubuh yang tergigit itu usahakan jangan banyak bergerak agar racun tidak mudah menyebar.

Ketiga, cari kayu atau penopang sejenisnya untuk diletakkan di kanan dan kiri bagian tubuh yang tergigit.

Keempat, area yang tergigit diperban agar dapat menyanggah berat beban tubuh. Usahakan posisi luka yang tergigit lebih rendah dari posisi jantung.

Kelima, segera bawa korban ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk melakukan penanganan lebih lanjut.

“Nanti di sana akan dilakukan penyuntikan serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) pada pasien,” kata Cak Boeseth.

Ia menambahkan estimasi waktu penyelamatan korban mulai dari tergigit hingga penyuntikan serum sekitar 20 sampai 30 menit.

“Kalau lebih dari itu, maka racun akan semakin cepat menyebar sehingga mengakibatkan kematian,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau