BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ditemukannya ular kobra di permukiman penduduk, terutama saat musim hujan melanda, memicu kekhawatiran masyarakat.
Meski sebetulnya, ular juga cukup berjasa dalam menjaga ekosistem, mulai dari mengendalikan populasi hama, seperti tikus, kelinci, burung kecil, kadal, dan serangga, hingga berkontribusi pada keberlangsungan produksi pangan.
Ditemukannya ular kobra di permukiman tak mengagetkan bagi Dicky Dwi Cahya, relawan dari BRC (Banyuwangi Reptile Community) Banyuwangi, Jawa Timur, satu-satunya komunitas penyelamatan reptil yang ada di wilayah ujung Pulau Jawa itu.
Baca juga: Tips Rumah Bebas Ular Saat Ditinggal Mudik
Pria yang akrab disapa Cak Brenk itu mengatakan, ada banyak hal yang menyebabkan ular kobra kian marak ditemukan di tempat tinggal manusia.
Selain musim yang datang tak menentu, juga disebabkan oleh pembangunan permukiman padat penduduk, yang menyebabkan habitat ular semakin terhimpit oleh manusia.
“Tapi ada alasan lain juga yang bisa jadi indikator meningkatnya ular kobra di sebuah kawasan adalah ketika populasi biawak berkurang,” ucap Dicky, Minggu (23/3/2025).
Pria 32 tahun yang telah menyukai dan mempelajari hewan melata sejak usia dini itu mengatakan bahwa manusia turut bertanggung jawab terkait hal tersebut.
Menurut Dicky, saat ini banyak orang yang memburu biawak. Padahal, biawak merupakan pemakan telur ular sehingga bisa mengendalikan populasi ular.
Tak hanya memakan biawak dengan menjadikannya berbagai jenis hidangan, biawak juga banyak diburu manusia hanya untuk kesenangan.
“Banyak saya temui. Kadang hanya buat sensasi nembak. Kalau sudah begitu, saya peringatkan,” ujarnya.
Baca juga: Rumah Jadi Sarang Kobra? Begini Cara Usir Ular yang Benar, Bukan Pakai Garam
Dicky menuturkan, para pemburu yang diingatkannya bahkan terang-terangan mengatakan bahwa mereka hanya melakukan tes senapan angin dan meninggalkan begitu saja biawak yang sudah mati.
Tak mengherankan jika populasi biawak di sebuah area berkurang, akan meningkartkan peluang tingginya populasi ular.
Kini, ia bersama komunitasnya berupaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat guna menjaga keseimbangan ekosistem, khususnya kepada masyarakat yang bersinggungan langsung dengan habitat ular, siswa sekolah, hingga mahasiswa.
Tak hanya itu, Dicky bersama teman-temannya juga rutin menggelar pertemuan setiap Minggu di Taman Sritanjung atau di Terminal Terpadu, Sobo.
Di sana, Dicky dan anggota BRC lainnya akan membawa hewan peliharaan yang mereka miliki untuk unjuk gigi di depan masyarakat sembari sosialisasi dan edukasi.
“Kami bawa pet kami, jika ada masyarakat yang bertanya, kami dengan senang hati menerangkan agar masyarakat juga lebih paham tentang ular,” ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang