Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolak Srikaya, Kuliner Khas Sidoarjo yang Ada Cuma Saat Ramadhan

Kompas.com, 10 Maret 2025, 18:22 WIB
Izzatun Najibah,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SIDOARJO, KOMPAS.com - Menjelang waktu berbuka puasa, suasana di Kampung Pekauman, Sidoarjo, semakin ramai.

Banyak orang berlalu-lalang di gang sempit tersebut, yang terletak di pusat Kota Sidoarjo, dekat dengan Masjid Jami Al-Albror, sebuah rumah ibadah yang konon telah berdiri sejak abad ke-16.

Lokasi strategis ini dimanfaatkan oleh warga setempat untuk mencari rezeki selama bulan Ramadhan.

Satu per satu pelanggan dari Sidoarjo dan sekitarnya menghampiri meja yang menjajakan berbagai jajanan takjil, seperti ayam panggang, urap-urap, gorengan, hingga es sinom.

Baca juga: Kurma Medjool dengan Harga Rp 1,3 Juta Menjadi Takjil Mewah Favorit Saat Ramadhan

Namun, salah satu menu yang paling menarik perhatian adalah kolak srikaya, kuliner khas Kampung Pekauman yang selalu dinantikan saat Ramadhan.

Kolak srikaya ini disajikan dalam cup mangkok plastik yang disusun rapi di atas meja.

Kuahnya berwarna putih susu, terbuat dari santan, dengan aroma harum daun pandan yang menggoda.

Saat satu suapan masuk ke mulut, rasa manis langsung menyergap lidah, diimbangi dengan gurihnya kuah santan yang menjadi kondimen utama.

Meskipun disebut kolak srikaya, kuliner khas Sidoarjo ini tidak menggunakan bahan buah srikaya.

Baca juga: Berburu Takjil Naik Sapi, Ada di Ponorogo

Isian kolak ini cukup sederhana, hanya terdiri dari roti tawar, kolang-kaling, dan pisang rebus.

"Saya juga tidak tahu kenapa namanya kolak srikaya, padahal tidak pakai srikaya sama sekali. Tapi dari dulu ya memang seperti ini," ungkap Ifa Mutia (53), penjual kolak srikaya, saat ditemui Kompas.com pada Senin (10/3/2024).

Kolak Srikaya, jajanan takjil yang menjadi kuliner khas Sidoarjo saat Ramadan, Senin (10/3/2025)KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Kolak Srikaya, jajanan takjil yang menjadi kuliner khas Sidoarjo saat Ramadan, Senin (10/3/2025)

Hal yang membedakan kolak srikaya dengan kolak pada umumnya adalah adanya campuran telur ayam yang menyerap sempurna di dalam kuah.

Ifa memilih jenis pisang agung, yang juga dikenal sebagai pisang tanduk, untuk kolaknya. "Pisangnya dikukus dulu karena pakai pisang agung," imbuhnya.

Ifa memasak kolak srikaya secara bertahap, mulai dari subuh hingga dhuzur, dan kemudian mulai menjajakan pada pukul 15.00 WIB.

"Sehari saya bisa masak 200 cup mangkok. Tapi biasanya kalau makin hari sampai menjelang Lebaran makin sedikit, paling 70 cup saja," bebernya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau