Setelah selesai, kegiatan ditutup dengan makan bersama, agar mempererat kebersamaan antara para tukang cukur dan anak-anak santri.
Model potongan rambut yang diberikan pun tidak sembarangan. Biasanya, potongan disesuaikan dengan permintaan pengasuh pondok.
"Kalau ustadnya bilang rapi semua, ya harus rapi," imbuh pria yang juga memiliki barbershop itu.
Tak hanya fokus pada santri, Jumat Ganteng juga pernah mencukur rambut orang-orang yang hidup di jalanan. Mereka mendatangi tukang becak, pengamen dan pekerja serabutan di sekitar Alun-Alun Kota Malang.
Di sana, mereka tidak hanya memberikan potongan rambut gratis tetapi juga berbagi makanan dan minuman untuk yang membutuhkan.
Sampai saat ini Jumat Ganteng tidak memiliki struktur organisasi yang rumit. Tidak ada ketua atau koordinator resmi, hanya melalui grup WhatsApp tempat mereka berkomunikasi dan merencanakan kunjungan.
Baca juga: Seberapa Sering Laki-laki Harus Cukur Rambut?
Bagi mereka, yang terpenting adalah terus berbagi dan tetap istiqomah dalam kebaikan. Sebab Riko Panca Sandika dkk tidak memiliki harapan muluk-muluk. Hanya ingin terus melanjutkan kegiatan ini, tanpa harus terbebani oleh target tertentu.
"Pokoknya jalan terus, istiqomah, karena kita sama-sama mencari berkah," pungkasnya Riko Panca Sandika.
Kini selama bulan Ramadhan, Jumat Ganteng belum ada jadwal pasti untuk berkunjung ke pesantren atau ke panti asuhan karena jika dilaksanakan pagi hari terbentur dengan kegiatan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang