Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jumat Ganteng" di Malang, Saat Tukang Cukur Menebar Sedekah...

Kompas.com, 9 Maret 2025, 08:39 WIB
Suci Rahayu,
Krisiandi

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Di Kota Malang, ada cara unik dalam menebar kebaikan. Bukan melalui sumbangan uang atau sembako, melainkan dengan gunting dan sisir.

Sekelompok tukang cukur berkumpul setiap hari Jumat, bukan untuk mengejar keuntungan, tapi untuk berbagi.

Bentuk sedekah yang sederhana namun penuh makna, yaitu memangkas rambut demi memberikan kerapihan, kenyamanan dan tentunya keberkahan.

"Kita tidak mencari uang di sini, tapi mencari berkah," ujar Riko Panca Sandika kepada Kompas.com, Jumat (7/3/2025).

Baca juga: Menag: Jangan Hanya Rajin Berpuasa, Usahakan Juga Lakukan Sedekah

Awalnya, ini sekadar kebiasaan sesama teman nongkrong yang memiliki keterampilan mencukur. Kegiatan berjalan mulai tahun 2020 lalu, bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Kemudian memutuskan untuk melakukan kegiatan sosial terinspirasi dari komunitas Yuk Ngaji, yang saat itu sedang mencari tukang cukur untuk terlibat dalam program Yuk Cukur Santri.

"Awal mulanya ini teman-teman sendiri enggak ada kepikiran untuk ke pondok. Teman-teman Yuk Ngaji itu bikin pamflet cari tukang cukur. Mereka tanya per orang kalo nyukur rambut mau dibayar berapa. Lalu kita bilang tidak nyari uang di sini tapi mau sama-sama nyari berkahnya," tutur pria berusia 34 tahun itu.

Baca juga: Berkah Ramadhan: Keutamaan Sedekah dan Cara Berbagi kepada Sesama

Dimulai dari Pondok Pesantren Yatim Dhuafa Al-Ikhlas di Singosari, hingga kini menjangkau berbagai daerah di Malang Raya.

Lambat laun, kegiatan ini semakin berkembang dan akhirnya diberi nama Jumat Ganteng. Nama tersebut dipilih karena kegiatan ini selalu dilakukan setiap hari Jumat, sebagai bentuk sedekah melalui keahliannya.

Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota pun bertambah. Jika awalnya hanya enam orang, kini sudah ada 11 tukang cukur yang tergabung.

Termasuk jumlah santri yang ingin dicukur terus meningkat. Dimana setiap kunjungan ke pesantren, bisa memangkas rambut minimal 20 anak, bahkan pernah mencapai 100 anak dalam satu hari.

Kegiatan Jumat Ganteng lebih dari sekadar mencukur rambut. Mereka menyasar pondok pesantren, panti asuhan, serta komunitas yatim dan dhuafa yang membutuhkan.

"Untuk anak-anak yatim, kaum dhuafa, serta santri tahfidz secara gratis tepatnya," kata Riko Panca Sandika.

Sekelompok tukang cukur yang tergabung dalam Jumat Ganteng sedang mencukur rambut anak-anak di pesantren di Malang Raya secara gratis sebagai bentuk sedekah.Dokumentasi Pribadi Sekelompok tukang cukur yang tergabung dalam Jumat Ganteng sedang mencukur rambut anak-anak di pesantren di Malang Raya secara gratis sebagai bentuk sedekah.

Sejauh ini, mereka sudah menjangkau berbagai wilayah di Malang Raya, seperti Gondanglegi, Kepanjen dan Wajak dan beberapa tempat lainnya.

Para anggota berkumpul dan berangkat ke lokasi yang telah disepakati. Mereka mulai mencukur rambut anak-anak sejak pagi hingga menjelang waktu salat Jumat.

Setelah selesai, kegiatan ditutup dengan makan bersama, agar mempererat kebersamaan antara para tukang cukur dan anak-anak santri.

Model potongan rambut yang diberikan pun tidak sembarangan. Biasanya, potongan disesuaikan dengan permintaan pengasuh pondok.

"Kalau ustadnya bilang rapi semua, ya harus rapi," imbuh pria yang juga memiliki barbershop itu.

Setelah mencukur rambut, kelompok tukang cukur yang tergabung dalam Jumat Ganteng mempersiapkan makan siang bersama di pesantren di Malang Raya .Dokumentasi Pribadi Setelah mencukur rambut, kelompok tukang cukur yang tergabung dalam Jumat Ganteng mempersiapkan makan siang bersama di pesantren di Malang Raya .

Tak hanya fokus pada santri, Jumat Ganteng juga pernah mencukur rambut orang-orang yang hidup di jalanan. Mereka mendatangi tukang becak, pengamen dan pekerja serabutan di sekitar Alun-Alun Kota Malang.

Di sana, mereka tidak hanya memberikan potongan rambut gratis tetapi juga berbagi makanan dan minuman untuk yang membutuhkan.

Sampai saat ini Jumat Ganteng tidak memiliki struktur organisasi yang rumit. Tidak ada ketua atau koordinator resmi, hanya melalui grup WhatsApp tempat mereka berkomunikasi dan merencanakan kunjungan.

Baca juga: Seberapa Sering Laki-laki Harus Cukur Rambut?

Bagi mereka, yang terpenting adalah terus berbagi dan tetap istiqomah dalam kebaikan. Sebab Riko Panca Sandika dkk tidak memiliki harapan muluk-muluk. Hanya ingin terus melanjutkan kegiatan ini, tanpa harus terbebani oleh target tertentu.

"Pokoknya jalan terus, istiqomah, karena kita sama-sama mencari berkah," pungkasnya Riko Panca Sandika.

Kini selama bulan Ramadhan, Jumat Ganteng belum ada jadwal pasti untuk berkunjung ke pesantren atau ke panti asuhan karena jika dilaksanakan pagi hari terbentur dengan kegiatan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau