MAGETAN, KOMPAS.com – Selasa pagi, toko kecil milik Parlan (45) yang terletak di Jl Raya Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terlihat sepi.
Namun, kesibukan tampak di wajahnya saat ia mengemas panel lampu LED berukuran sekitar 30 cm persegi ke dalam kardus.
Di dalam toko, sejumlah jadwal waktu sholat digital (JWS digital) dari berbagai ukuran tertata rapi di rak kaca, sementara sebagian lainnya telah siap untuk dikirim ke berbagai toko di eks karesidenan Madiun.
"Kami nyebutnya jam waktu sholat JWS. Untuk produknya masih terbatas, sehari baru 10 biji yang dikirim," ujar Parlan saat ditemui di tokonya pada Selasa (4/3/2025).
Baca juga: 5 Aplikasi Jadwal Sholat di Android dan iOS untuk Menunjang Ibadah Ramadhan 2025
Pada bulan Ramadhan, Parlan mengaku permintaan JWS digital buatannya meningkat tajam, terutama untuk menghias dinding masjid dan mushala.
Dalam satu hari, permintaan bisa mencapai ratusan biji.
Namun, karena terbatasnya produksi, jatah pengiriman ke setiap toko pelanggan harus dikurangi.
"Banyak permintaan memang pas bulan puasa. Karena banyak toko yang minta, akhirnya kami batasi per toko hanya 3 biji karena kemampuan produksi kami hanya 10 biji per hari," imbuhnya.
Parlan menjelaskan bahwa harga JWS digital buatannya berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3,5 juta, tergantung pada ukuran dan jenis panel LED yang digunakan.
Untuk JWS digital seharga Rp 1,5 juta, panel LED yang digunakan memiliki ukuran pixel yang lebih besar dengan dimensi 80 cm x 35 cm.
Sementara untuk JWS digital seharga Rp 3,5 juta, menggunakan panel LED dengan pixel yang lebih rapat.
Baca juga: 7 Aplikasi Jadwal Sholat di Android dengan Fitur Azan Otomatis
"Semakin rapat LED-nya, hasilnya semakin bagus dan harganya juga berbeda. Untuk ukuran tinggi 35 cm dan panjang 128 cm dengan panel LED yang rapat itu bisa dijual Rp 3,5 sampai Rp 4 jutaan, belum termasuk biaya pemasangan," ungkap Parlan.
Memasuki bulan puasa, Parlan mengaku pemesanan JWS digitalnya meningkat bisa mencapai tiga kali lipat dari hari biasa.
"Produksi kami terbatas per hari hanya 10 biji, sementara permintaan pasar berapa pun diterima. Masalahnya, dibutuhkan ketelitian dan bahasa pemrograman yang banyak. Belum mencoba, sudah berpikir pasti sulit," ucapnya.
Parlan memulai kariernya di dunia usaha dengan menjual antena parabola untuk televisi.