“Dari lahir kena polio,” ucap dia singkat sembari sedikit memijat kakinya yang kemarin terpleset di kamar mandi.
Baca juga: Mbah Parmi, 56 Tahun Jual Jamu Gendong untuk Menyambung Hidup
“Habis itu saya kecelakaan di daerah Kupang, saya naik motor ditabrak dari belakang. Saya udah nyalakan sen ke kiri tapi disalip dari kiri. Akhirnya jatuh motor saya berputar,” ujar dia mengenang kejadian lampau yang dialaminya.
Beruntung, seorang tukang becak mengenalinya lalu mengantarnya pulang. Kejadian itu sempat membuat Bowo tak bisa berjalan, dan hingga kini enggan mengendarai sepeda motor.
“Setiap hari kalau ke mana-mana diantar saudara,” sambung dia.
Pria berusia 55 tahun tersebut sebenarnya berasal dari Pare, Kediri yang merantau ke Surabaya dengan harapan bisa mengubah nasib.
Sekarang dia menetap di sebuah kos-kosan berdinding merah yang berada tepat di depan KBS.
“Saya dulunya penjual jagung rebus di kampung. Terus bantu orangtua di sawah,” kenang dia.
Akibat keterbatasan ekonomi, Bowo hanya mampu melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang SMP. Beruntung, sang kakak mengajarinya cara memotret untuk menambah skill.
Baca juga: 35 Tahun Cari Nafkah dari Jual Mainan, Ahmad Gigih Bertahan
“Belajar ngefoto sampai jatuh-jatuh, lah kakak saya nyuruh posisi kakinya harus ginilah, gitulah, angle-nya harus pas. Tidak asal-asalan,” sambung dia.
Setelah dirasa memiliki bekal yang cukup, pada tahun 1989, Bowo lantas diajak kakaknya merantau ke Surabaya untuk bekerja sebagai fotografer.
Model pertama yang dia potret adalah para pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Putat Jaya, atau yang dulu dikenal dengan nama lokalisasi Dolly.
“Dulu pertama kali ngefoto itu di Putat Jaya, tempat lokalisasi,” tutur dia.
Pada era 90-an, Surabaya memiliki beberapa kawasan aktif yang menjelma sebagai lokasi prostitusi saat malam hari.
Bahkan saat itu Dolly digadang-gadang sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, mengalahkan Phat Pong, Thailand.
PSK dengan polesan make up dan pakaian seksinya duduk di depan teras wisma-wisma yang berjejer untuk menunggu pelanggan. Di saat itulah Bowo menawarkan jasa foto.
Baca juga: Cerita Cak Salim, Sukses Antarkan Anaknya hingga Studi S2 dengan Mengayuh Becak