SURABAYA, KOMPAS.com - Di sudut Jalan Kembang Jepun No. 58, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), berdiri sebuah tempat bersejarah yang menjadi saksi perjalanan waktu selama lebih dari satu abad. Shin Hua Barbershop, namanya.
Barbershop yang telah beroperasi sejak tahun 1911, tidak hanya menjadi tempat cukur rambut biasa, tetapi juga simbol tradisi, ketekunan, dan kisah hidup pendirinya, Tan Shin Tjo, serta penerusnya, Eddy Koestanto.
Shin Hua Barbershop berdiri megah di lantai dua, di atas toko alat mesin. Label Shin Hua Barbershop yang ditulis menggunakan karakter Hanzi menunjukkan jika tempat cukur rambut ini berada di kawasan Pecinan Kota Lama Surabaya.
Cat putih dipoles hijau memberi kesan segar, tapi siapa sangka tempat ini telah melayani pelanggan selama 113 tahun.
Berdasarkan catatan, Shin Hua Barbershop adalah barbershop tertua di Surabaya, bahkan mungkin di Indonesia.
Eddy Koestanto, generasi kedua pemilik Shin Hua Barbershop.Shin Hua Barbershop didirikan oleh Tan Shin Tjo, seorang perantau dari Tiongkok yang memulai perjalanan hidupnya di Surabaya sebagai pembuat perhiasan milik saudagar kaya.
“Dulu ayah saya dari China datang ke Surabaya kerja bikin perhiasan emas di Jalan Kepatian. Dia punya semangat belajar tinggi dan belajar cukur rambut. Dulu jadi tukang cukur di tempat bosnya (Shin She Ky Barbershop),” kata tutur anak Tan Shin Tjo, Eddy Koestanto sambil mengingat-mengingat memori yang masih tersimpan.
Merasa punya bekal yang cukup, Than Shin Tjo akhirnya membuka barbershop sendiri yang diberi nama Shin Hua. Dalam bahasa Mandarin, Shin berarti Baru dan Hua bermakna buka.
Seolah menjadi doa, ayah Eddy membuka usaha pertama dengan harapan makin banyak pelanggan yang mampir untuk mencukur rambut.
Baca juga: Menilik SDN Sarirejo, Jejak Perjuangan Kartini di Semarang yang Berdiri sejak Ratusan Tahun Silam
Puluhan tahun sudah Than Shin Tjo setia dengan profesinya sebagai tukang cukur akhirnya menemukan titik lelah. Usianya yang tak lagi muda lantas mewariskan bisnis barbershop kepada salah satu anaknya, Eddy Koestanto.
Di antara 17 anak Than Shin Tjo, hanya Eddy yang dipilih karena kerap menemaninya melayani pelanggan.
“Saya nggak boleh sekolah, usia saya waktu itu 15 tahun nggak sampai SMA ayah minta untuk nerusin ini,” ucap anak ke-8 itu.
Perabot-perabot Shin Hua Barbershop yang masih asli sejak tahun 1911Pada awalnya Eddy tak begitu mahir membuat potongan rambut yang modis di zamannya. Sesuai amanah ayahnya, dia memilih belajar mencukur rambut ke salah satu barbershop yang berada di Kota Malang.
Tak butuh waktu lama, sekitar tiga minggu dia kembali ke Surabaya untuk ikut melayani pelanggan.
Di masa kejayaannya, Eddy memiliki pelanggan tetap berjumlah ratusan orang dari kalangan kelas elit. Kini, banyak pelanggannya yang sudah berpulang dan beberapa di antaranya sudah tak sanggup untuk berjalan.