Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shin Hua Barbershop, Tempat Cukur Rambut Berusia 113 Tahun di Pecinan Surabaya

Kompas.com, 4 Desember 2024, 08:04 WIB
Izzatun Najibah,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Di sudut Jalan Kembang Jepun No. 58, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), berdiri sebuah tempat bersejarah yang menjadi saksi perjalanan waktu selama lebih dari satu abad. Shin Hua Barbershop, namanya.

Barbershop yang telah beroperasi sejak tahun 1911, tidak hanya menjadi tempat cukur rambut biasa, tetapi juga simbol tradisi, ketekunan, dan kisah hidup pendirinya, Tan Shin Tjo, serta penerusnya, Eddy Koestanto.

Baca juga: Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Shin Hua Barbershop berdiri megah di lantai dua, di atas toko alat mesin. Label Shin Hua Barbershop yang ditulis menggunakan karakter Hanzi menunjukkan jika tempat cukur rambut ini berada di kawasan Pecinan Kota Lama Surabaya.

Cat putih dipoles hijau memberi kesan segar, tapi siapa sangka tempat ini telah melayani pelanggan selama 113 tahun.

Berdasarkan catatan, Shin Hua Barbershop adalah barbershop tertua di Surabaya, bahkan mungkin di Indonesia.

Eddy Koestanto, generasi kedua pemilik Shin Hua Barbershop.KOMPAS.COM/IZZATUN NAJIBAH Eddy Koestanto, generasi kedua pemilik Shin Hua Barbershop.

Awal Perjalanan Shin Hua

Shin Hua Barbershop didirikan oleh Tan Shin Tjo, seorang perantau dari Tiongkok yang memulai perjalanan hidupnya di Surabaya sebagai pembuat perhiasan milik saudagar kaya.

“Dulu ayah saya dari China datang ke Surabaya kerja bikin perhiasan emas di Jalan Kepatian. Dia punya semangat belajar tinggi dan belajar cukur rambut. Dulu jadi tukang cukur di tempat bosnya (Shin She Ky Barbershop),” kata tutur anak Tan Shin Tjo, Eddy Koestanto sambil mengingat-mengingat memori yang masih tersimpan.

Merasa punya bekal yang cukup, Than Shin Tjo akhirnya membuka barbershop sendiri yang diberi nama Shin Hua. Dalam bahasa Mandarin, Shin berarti Baru dan Hua bermakna buka.

Seolah menjadi doa, ayah Eddy membuka usaha pertama dengan harapan makin banyak pelanggan yang mampir untuk mencukur rambut.

Baca juga: Menilik SDN Sarirejo, Jejak Perjuangan Kartini di Semarang yang Berdiri sejak Ratusan Tahun Silam

Puluhan tahun sudah Than Shin Tjo setia dengan profesinya sebagai tukang cukur akhirnya menemukan titik lelah. Usianya yang tak lagi muda lantas mewariskan bisnis barbershop kepada salah satu anaknya, Eddy Koestanto.

Di antara 17 anak Than Shin Tjo, hanya Eddy yang dipilih karena kerap menemaninya melayani pelanggan.

“Saya nggak boleh sekolah, usia saya waktu itu 15 tahun nggak sampai SMA ayah minta untuk nerusin ini,” ucap anak ke-8 itu.

Perabot-perabot Shin Hua Barbershop yang masih asli sejak tahun 1911KOMPAS.COM/IZZATUN NAJIBAH Perabot-perabot Shin Hua Barbershop yang masih asli sejak tahun 1911

Ratusan pelanggan dari kalangan elit

Pada awalnya Eddy tak begitu mahir membuat potongan rambut yang modis di zamannya. Sesuai amanah ayahnya, dia memilih belajar mencukur rambut ke salah satu barbershop yang berada di Kota Malang.

Tak butuh waktu lama, sekitar tiga minggu dia kembali ke Surabaya untuk ikut melayani pelanggan.

Di masa kejayaannya, Eddy memiliki pelanggan tetap berjumlah ratusan orang dari kalangan kelas elit. Kini, banyak pelanggannya yang sudah berpulang dan beberapa di antaranya sudah tak sanggup untuk berjalan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau