Editor
KOMPAS.com - Seorang siswa SMA swasta di Surabaya disuruh oleh orangtua siswa bersujud dan menggonggong.
Video kejadian ini diunggah akun X @faridhcrb, berawal dari siswa berinisial EN mengejek lawan basketnya dari sekolah lain, EL menyebut rambutnya seperti anjing.
Tak terima, EL mengajak sejumlah pria termasuk orangtuanya mendatangi sekolah EN pada Senin (21/10/2024).
Dia menuntut permintaan maaf dari EV namun memicu keributan dengan menyuruh siswa itu bersujud dan menggonggong.
"Ya kejadiannya (siswa diintimidasi) di tenda-tenda itu (depan sekolah) pas di situ," kata salah satu petugas keamanan SMA tempat sekolah EN yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di lokasi, Rabu (13/11/2024).
Baca juga: Viral, Siswa SMA di Surabaya Disuruh Bersujud dan Menggongong
Lalu, orangtua EL, IV, langsung membentak korban dan menyuruhnya meminta maaf karena mengejek anaknya. Selain itu, pria tersebut juga meminta EN bersujud serta menggonggong.
"Iya (disuruh menggonggong). Kalau siswa sini pulangnya pukul 15.30 WIB, kalau masuknya 07.30 WIB, kejadiannya pas pulang sekolah tapi tepatnya kurang tahu," ujarnya.
Akhirnya, sejumlah guru, petugas keamanan, serta bhabinkamtibmas mendatangi sumber keributan tersebut. Mereka berniat untuk meredam amarah IV yang masih membentak EN.
Terungkap sosok pria yang menyuruh EN untuk bersujud dan menggonggong tersebut ialah pengusaha hiburan malam di Surabaya.
Sempat terjadi mediasi antara pihak sekolah dengan IV namun tidak menemukan titik keepakatan.
IV pun dilaporkan secara resmi oleh SMA Gloria 2 Surabaya ke polisi dengan nomor LPM/1121/X/2024/SPKT/POLRESTABES SURABAYA.
Baca juga: Blangko E-KTP di Surabaya Menipis, Prioritas untuk Pemilih Pemula
Pengacara SMA Gloria 2, Sudiman Sidabukke, menjelaskan bahwa ada dua permasalahan pokok dalam kasus ini.
Pertama, ia menilai konflik antara siswa SMA Gloria 2 dengan siswa dari sekolah lain yang mengganggu keamanan sekolah.
Sudiman juga menyatakan bahwa pelaku dapat dijerat dengan Pasal 335 KUHP tentang perbuatan yang mengandung unsur paksaan.
"Banyak siswa-siswa yang ketakutan untuk pergi ke sekolah. Orang tua juga tidak nyaman. Oleh karena itu, kami percayakan kepada pihak polisi supaya diselesaikan dengan yang terbaik," jelasnya.