MALANG, KOMPAS.com – Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia pada Minggu (20/10/2024), memberikan kesan mendalam bagi Serka (Purn) TNI Asmujiono, warga Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Asmujiono mengaku sempat sujud syukur setelah menyaksikan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia melalui televisi.
Ekspresi tersebut merupakan ungkapan kebahagiaan dan kebanggaan Asmujiono terhadap Prabowo, mantan atasannya saat masih aktif di Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, khususnya di Satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Baca juga: Toko Pigura di Surabaya Ramai Permintaan Foto Prabowo-Gibran
"Kemarin saya sujud syukur menyaksikan prosesi pelantikan Pak Prabowo. Saya tahu bagaimana perjuangan dan jiwa nasionalisme Pak Prabowo sejak beliau muda," ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Senin (21/10/2024).
Asmujiono menceritakan bahwa ketika hendak bergabung dengan Kopassus sempat dinyatakan gagal oleh Prabowo. Saat itu, Prabowo menjabat sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Danpusdiklatpassus).
Meskipun nilai tes fisik dan sikapnya dinyatakan baik, ia tidak memenuhi syarat tinggi badan minimal 168 cm. Pasalnya, tinggi badan Asmujiono hanya 165 cm.
Namun, Mayor Jenderal TNI Fransiskus Xaverius Suhartono Suratman (saat itu Kolonel) meminta Prabowo untuk menerima Asmujiono.
“Setelah lima kali menghadap, Pak Prabowo akhirnya melunak dan menerima saya masuk di Kopassus,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Senin (21/10/2024).
Kesempatan itu dimanfaatkan secara maksimal oleh Asmujiono. Di satuan khusus itu, ia terlibat dalam berbagai operasi, mulai dari Timor Timur hingga Aceh.
“Setelah mengikuti operasi, biasanya prajurit mendapat cuti. Tapi saya tidak boleh cuti, dan ditunjuk Alm Bapak Doni Monardo sebagai Komandan Batalyon untuk ikut kursus Sandi Jejak,” tuturnya.
Setelah mengikuti kursus tersebut, Asmujiono kembali ditunjuk oleh Doni Monardo untuk mengikuti seleksi ekspedisi Everest 1997, yang diinisiasi oleh Danjen Kopassus saat itu, Mayjen TNI Prabowo Subianto.
“Akhirnya saya terpilih sebagai salah satu tim dalam ekspedisi itu,” tuturnya.
“Misi itu dibuat oleh Pak Prabowo untuk menyaingi Malaysia, yang juga memiliki misi serupa sebagai negara Asia Tenggara pertama yang mencapai puncak Everest. Namun, Malaysia gagal mencapai puncak,” imbuhnya.
Asmujiono berangkat ke Nepal bersama 43 orang, terdiri dari 16 prajurit TNI dan 27 warga sipil (atlet pendaki).
Baca juga: Foto Prabowo-Gibran Laris Manis, Dijual Seharga Rp 10.000 hingga Rp 250.000
"Setelah melalui berbagai rintangan untuk menuju puncak Everest, hanya 3 orang yang berhasil melanjutkan hingga ke titik kumpul (basecamp) 4, yaitu saya, Lettu Iwan Setiawan (kini Mayjend TNI), dan Sertu Misirin," ujarnya.
Di ketinggian sekitar 8.500 mdpl, Lettu Iwan Setiawan terjatuh dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Sertu Misirin tidak kuat setelah berada sekitar 16 meter dari puncak.
Di tengah suhu dingin yang begitu ekstrem serta oksigen yang menipis, jiwa kesatuan Asmujiono seperti tersentak melihat kondisi Misirin.
Ia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan hingga ke puncak, dengan prinsip salah satu seniornya yang ia gunakan "lebih baik pulang nama daripada gagal tugas".
"Jalan saya menuju puncak tidaklah mudah. Namun, alhamdulillah, saya mencapai puncak Everest tepat tanggal 26 April 1997 pukul 15.45 waktu Nepal," ujarnya.
Sepulang dari puncak Everest itulah, hubungan Asmujiono dengan Prabowo Subianto semakin dekat, sampai di penghujung karir Prabowo Subianto di TNI pada tahun 1998.
“Setelah beliau kembali dari Yordania kami kembali berkomunikasi lagi sampai sekarang. Saya sering dipanggil beliau ke kediamannya di Hambalang,” tuturnya.
Kedekatan itu terus terbangun ketika Asmujiono dan Prabowo sering bertemu. Baik dipanggil langsung maupun melalui kegiatan-kegiatan mengisi acara tentang pendakian puncak Everest.
Dari kedekatannya itu, Asmujiono diberi insentif pribadi oleh Prabowo usai dirinya memutuskan mengundurkan diri dari TNI tahun 2011 lalu.
“Bapak Prabowo bilang insentif itu untuk biaya membeli susu untuk anak saya. Karena saya pendek, istri saya juga pendek. Maka supaya anak saya tidak pendek, harus diberi susu terus. Saya diberi insentif Rp 5 juta setiap bulan, dan itu berlangsung sampai sekarang,” tuturnya.
Asmujiono mengakui bahwa anak-anaknya tumbuh dengan baik berkat asupan susu dan makanan bergizi dari insentif Prabowo.
Baca juga: Cerita Asmujiono, Eks Kopassus yang Kibarkan Merah Putih Pertama Kalinya di Puncak Everest
Bahkan, Anak sulungnya berhasil masuk ke Akademi Militer di Magelang dengan tinggi badan 185 cm.
“Anak sulung saya sudah saya buktikan bahwa asupan susu dan makanan bergizi sangat baik untuk pertumbuhan anak,” terangnya.
Asmujiono menilai Prabowo sebagai sosok yang tegas. Namun di balik ketegasannya, Prabowo adalah orang yang cerdas, loyal, nasionalis, serta sangat memegang komitmen.
“Seperti kabinet sekarang, namanya Merah Putih itu sesuai dengan jiwa beliau. Saya tahu itu. Karena saya salah satu saksi hidup beliau,” tegasnya.
“Kalau terkait komitmen, saya rasa untuk menteri-menteri sekarang, jika tidak sesuai dengan visi beliau dan visi bangsa, saya pastikan Pak Prabowo akan bersikap tegas kepada mereka,” sambungnya.
Saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), Presiden Prabowo Subianto sempat mengenang ketika menjabat sebagai Danjen Kopassus. Salah satu sosok yang melekat di ingatannya adalah Asmujiono.
Prabowo menyebut pria asal Malang itu tak memenuhi syarat untuk bergabung dengan Kopassus karena terhalang tinggi badan. Namun, akhirnya Prabowo memberikan dispensasi dengan menerima Asmujiono di Kopassus.
“Namanya Asmujiono, hampir enggak masuk Kopassus karena dia tingginya hanya 165 (sentimeter), untuk masuk Kopassus waktu 170 (sentimeter). Tapi dia kuatnya bukan main, akhirnya saya kasih dispenasi, masuk,” ujar Prabowo saat memberikan orasi ilmiahnya di hadapan wisudawan Universitas Pancasila, Jakarta, dikutip dari Youtube Universitas Pancasila, Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Lucia Rizka: Di Pemerintahan Prabowo, Ada Screening Kesehatan Gratis untuk Warga yang Ulang Tahun
Keputusan Prabowo menerima Asmujiono pun berbuah manis. Pada tahun 1996, Prabowo mengorganisasi Ekspedisi Merah Putih untuk menaklukan puncak Gunung Everest.
Dari sekian anggota Tim Ekspedisi Merah Putih, salah satunya adalah Asmujiono yang sebelumnya sempat terhalang ketika akan masuk Kopassus.
Tak disangka, Asmujiono menjadi orang pertama Indonesia yang sukses mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia. Tak ayal, prestasi yang ditorehkan Asmujiono tak pernah beranjak dari ingatan Prabowo.
“Akhirnya dia yang mengangkat Merah Putih sampai puncak Everest, dunia. Jadi kita mampu mengimbangi negara lain kalau ada will,” kata Prabowo.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang