Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo, Asmujiono, dan soal Tinggi Badan

Kompas.com, 24 Oktober 2024, 04:30 WIB
Imron Hakiki,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia pada Minggu (20/10/2024), memberikan kesan mendalam bagi Serka (Purn) TNI Asmujiono, warga Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Asmujiono mengaku sempat sujud syukur setelah menyaksikan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia melalui televisi.

Ekspresi tersebut merupakan ungkapan kebahagiaan dan kebanggaan Asmujiono terhadap Prabowo, mantan atasannya saat masih aktif di Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, khususnya di Satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Baca juga: Toko Pigura di Surabaya Ramai Permintaan Foto Prabowo-Gibran

"Kemarin saya sujud syukur menyaksikan prosesi pelantikan Pak Prabowo. Saya tahu bagaimana perjuangan dan jiwa nasionalisme Pak Prabowo sejak beliau muda," ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Senin (21/10/2024).

Prabowo dan tinggi badan Asmujiono

Asmujiono menceritakan bahwa ketika hendak bergabung dengan Kopassus sempat dinyatakan gagal oleh Prabowo. Saat itu, Prabowo menjabat sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Danpusdiklatpassus).

Meskipun nilai tes fisik dan sikapnya dinyatakan baik, ia tidak memenuhi syarat tinggi badan minimal 168 cm. Pasalnya, tinggi badan Asmujiono hanya 165 cm.

Namun, Mayor Jenderal TNI Fransiskus Xaverius Suhartono Suratman (saat itu Kolonel) meminta Prabowo untuk menerima Asmujiono.

“Setelah lima kali menghadap, Pak Prabowo akhirnya melunak dan menerima saya masuk di Kopassus,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Senin (21/10/2024).

Kesempatan itu dimanfaatkan secara maksimal oleh Asmujiono. Di satuan khusus itu, ia terlibat dalam berbagai operasi, mulai dari Timor Timur hingga Aceh.

“Setelah mengikuti operasi, biasanya prajurit mendapat cuti. Tapi saya tidak boleh cuti, dan ditunjuk Alm Bapak Doni Monardo sebagai Komandan Batalyon untuk ikut kursus Sandi Jejak,” tuturnya.

Misi ke Puncak Everest

Setelah mengikuti kursus tersebut, Asmujiono kembali ditunjuk oleh Doni Monardo untuk mengikuti seleksi ekspedisi Everest 1997, yang diinisiasi oleh Danjen Kopassus saat itu, Mayjen TNI Prabowo Subianto.

“Akhirnya saya terpilih sebagai salah satu tim dalam ekspedisi itu,” tuturnya.

“Misi itu dibuat oleh Pak Prabowo untuk menyaingi Malaysia, yang juga memiliki misi serupa sebagai negara Asia Tenggara pertama yang mencapai puncak Everest. Namun, Malaysia gagal mencapai puncak,” imbuhnya.

Asmujiono berangkat ke Nepal bersama 43 orang, terdiri dari 16 prajurit TNI dan 27 warga sipil (atlet pendaki).

Baca juga: Foto Prabowo-Gibran Laris Manis, Dijual Seharga Rp 10.000 hingga Rp 250.000

"Setelah melalui berbagai rintangan untuk menuju puncak Everest, hanya 3 orang yang berhasil melanjutkan hingga ke titik kumpul (basecamp) 4, yaitu saya, Lettu Iwan Setiawan (kini Mayjend TNI), dan Sertu Misirin," ujarnya.

Di ketinggian sekitar 8.500 mdpl, Lettu Iwan Setiawan terjatuh dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Sertu Misirin tidak kuat setelah berada sekitar 16 meter dari puncak.

Di tengah suhu dingin yang begitu ekstrem serta oksigen yang menipis, jiwa kesatuan Asmujiono seperti tersentak melihat kondisi Misirin.

Ia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan hingga ke puncak, dengan prinsip salah satu seniornya yang ia gunakan "lebih baik pulang nama daripada gagal tugas".

"Jalan saya menuju puncak tidaklah mudah. Namun, alhamdulillah, saya mencapai puncak Everest tepat tanggal 26 April 1997 pukul 15.45 waktu Nepal," ujarnya.

Sepulang dari puncak Everest itulah, hubungan Asmujiono dengan Prabowo Subianto semakin dekat, sampai di penghujung karir Prabowo Subianto di TNI pada tahun 1998.

“Setelah beliau kembali dari Yordania kami kembali berkomunikasi lagi sampai sekarang. Saya sering dipanggil beliau ke kediamannya di Hambalang,” tuturnya.

Kedekatan itu terus terbangun ketika Asmujiono dan Prabowo sering bertemu. Baik dipanggil langsung maupun melalui kegiatan-kegiatan mengisi acara tentang pendakian puncak Everest.

Insentif untuk gizi anak

Dari kedekatannya itu, Asmujiono diberi insentif pribadi oleh Prabowo usai dirinya memutuskan mengundurkan diri dari TNI tahun 2011 lalu.

“Bapak Prabowo bilang insentif itu untuk biaya membeli susu untuk anak saya. Karena saya pendek, istri saya juga pendek. Maka supaya anak saya tidak pendek, harus diberi susu terus. Saya diberi insentif Rp 5 juta setiap bulan, dan itu berlangsung sampai sekarang,” tuturnya.

Asmujiono mengakui bahwa anak-anaknya tumbuh dengan baik berkat asupan susu dan makanan bergizi dari insentif Prabowo.

Baca juga: Cerita Asmujiono, Eks Kopassus yang Kibarkan Merah Putih Pertama Kalinya di Puncak Everest

Bahkan, Anak sulungnya berhasil masuk ke Akademi Militer di Magelang dengan tinggi badan 185 cm.

“Anak sulung saya sudah saya buktikan bahwa asupan susu dan makanan bergizi sangat baik untuk pertumbuhan anak,” terangnya.

Prabowo di mata Asmujiono

Asmujiono menilai Prabowo sebagai sosok yang tegas. Namun di balik ketegasannya, Prabowo adalah orang yang cerdas, loyal, nasionalis, serta sangat memegang komitmen.

“Seperti kabinet sekarang, namanya Merah Putih itu sesuai dengan jiwa beliau. Saya tahu itu. Karena saya salah satu saksi hidup beliau,” tegasnya.

“Kalau terkait komitmen, saya rasa untuk menteri-menteri sekarang, jika tidak sesuai dengan visi beliau dan visi bangsa, saya pastikan Pak Prabowo akan bersikap tegas kepada mereka,” sambungnya.

Salah satu prajurit kebanggaan Prabowo

Saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), Presiden Prabowo Subianto sempat mengenang ketika menjabat sebagai Danjen Kopassus. Salah satu sosok yang melekat di ingatannya adalah Asmujiono.

Prabowo menyebut pria asal Malang itu tak memenuhi syarat untuk bergabung dengan Kopassus karena terhalang tinggi badan. Namun, akhirnya Prabowo memberikan dispensasi dengan menerima Asmujiono di Kopassus. 

“Namanya Asmujiono, hampir enggak masuk Kopassus karena dia tingginya hanya 165 (sentimeter), untuk masuk Kopassus waktu 170 (sentimeter). Tapi dia kuatnya bukan main, akhirnya saya kasih dispenasi, masuk,” ujar Prabowo saat memberikan orasi ilmiahnya di hadapan wisudawan Universitas Pancasila, Jakarta, dikutip dari Youtube Universitas Pancasila, Selasa (7/6/2022).

Baca juga: Lucia Rizka: Di Pemerintahan Prabowo, Ada Screening Kesehatan Gratis untuk Warga yang Ulang Tahun

Keputusan Prabowo menerima Asmujiono pun berbuah manis. Pada tahun 1996, Prabowo mengorganisasi Ekspedisi Merah Putih untuk menaklukan puncak Gunung Everest. 

Dari sekian anggota Tim Ekspedisi Merah Putih, salah satunya adalah Asmujiono yang sebelumnya sempat terhalang ketika akan masuk Kopassus. 

Tak disangka, Asmujiono menjadi orang pertama Indonesia yang sukses mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia. Tak ayal, prestasi yang ditorehkan Asmujiono tak pernah beranjak dari ingatan Prabowo.

“Akhirnya dia yang mengangkat Merah Putih sampai puncak Everest, dunia. Jadi kita mampu mengimbangi negara lain kalau ada will,” kata Prabowo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau