Penulis
"Yang penting harus sabar saat menganyam dan kalau bisa menggunakan sarung tangan dan baju lengan panjang agar tidak gatal," kata Cak Bud.
Pelatihan hari itu, para peserta belajar menganyam dengan teknik selimpet. Tak hanya untuk atap rumah, ilalang juga bisa dibuat sebagai hiasan di rumah hingga untuk dinding rumah.
"Bisa diwarnai, tapi yang bagus ya warna aslinya," kata Cak Sul menambahkan.
Sementara itu salah satu peserta pelatihan, Laras (13) mengaku tak kesulitan saat belajar menganyam ilalang. Siswi SMP itu mengaku menyukai semua hal terkait seni dan tradisi.
"Suka belajar seperti ini. Nanti belajar cara menganyam yang lain lagi," kata gadis yang suka menari itu.
Baca juga: Mepe Kasur, Tradisi Suku Osing Kemiren Banyuwangi Jelang Idul Adha
Susiani (53), salah satu penganyam ilalang mengaku senang bisa mengajarkan cara menganyam ilalang ke generasi muda.
"Semakin banyak yang bisa kan semakin bagus," kata dia. Susiani mengaku sudah tiga tahun terakhir ini menganyam ilalang di Umah Suket Lalang dan hasilnya bisa untuk kebutuhan rumah tangga.
"Mau kerja di sawah, tenaga sudah enggak kayak dulu. Biasanya mulai menganyam mulai jam 9 pagi sampai sore. Awalnya ya diajari juga sama Cak Bud," kata dia.
Sepert Cak Sul dan Cak Bud, Susiani pun berharap agar tradisi menganyam ilalang ini bisa terus dan dilestarikan oleh anak-anak muda.
"Penggunaan ilalang ini lebih alami. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya?," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang