Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menganyam Ilalang, Menjaga Tradisi Suku Using di Umah Suket Lalang Banyuwangi

Kompas.com, 9 Juli 2024, 11:21 WIB
Rachmawati

Penulis

Untuk satu lembar ilalang yang sudah dianyam dijual Rp 15.000 dan mereka merambah ke penjualan online.

"Awalnya enggak nyangka, ternyata laku juga dijual di market place," ungkap dia.

Sementara itu Saman (51), salah satu warga Desa Taman Suruh bercerita sejak tiga tahun ini ikut 'ngarit' mencari ilalang. Dalam satu hari, dia bisa menumpulkan 30 rit ilalang.

"Carinya enggak jauh-jauh, paling di perumahan baru, lahan-lahan kosong Enggak sulit carinya," kata Saman.

Baca juga: Tumpeng Sewu, Upacara Adat Suku Osing Banyuwangi Jelang Idul Adha

Ia mengaku tantangan saat mencari ilalang adalah tawon yang kerap dijumpai di lahan-lahan yang penuh ilalang.

"Kalau ular jarang, tapi tawon yang kecil. Wah bahaya beberapa kali saya disengat. Selain itu ilalang ini kan tajam, jadi yang sering kena," katanya sambil menujukkan bekas luka di pergelangan tangannya saat mencari ilalang.

"Tapi hasilnya cukup buat tambahan kebutuhan sehari-hari," kata pria itu sambil tertawa.

Hal senada juga disampaikan oleh Cak Sul. Dia mengaku tak kesulitan mencari ilalang karena masih banyak lahan kosong di wilayah Banyuwangi.

"Pernah ada lahan kosong di belakang hotel penuh ilalang. Ya kami ambil di sana. Di perumahan yang belum jadi juga banyak. Jadi enggak kesusahan juga. Yang punya lahan senang karena bersih, kami juga dapat bahan baku untuk menganyam," kata dia.

Baca juga: Penataan Agro Wisata Tamansuruh Telan Rp 25,7 Miliar, Ada Rumah Adat Osing

Melatih anak-anak muda

Cak Sul dan Cak Bud adalah anggaota Pesinauan, sekolah Adat Using yang didirikan oleh Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara-Osing.

Untuk melestarikan anyaman dari ilalang, mereka menggelar worksop pemanfaaatan ilalang sebagai bahan eksterior dan interior bangunan.

Workshop bertema Rancang Ilalang itu berkolaborasi dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek.

Peserta workshop yang diadakan pada tanggal 7-8 Juni 2025 di Umah Suket Lalang itu diikuti oleh pelajar dan anak-anak muda dari sekolah adat Pesinauan.

Cak Bud mengajarkan teknik menganyam ilalang. Yang pertama adalah menyiapkan tiga bambu yakni satu bungkon dan dua jalen dari bambu yang kemudian diikat dengan tali branding yang disebut teknik belok.

Baca juga: KSAD Dudung Abdurachman Dinobatkan Jadi Warga Kehormatan Suku Osing Banyuwangi

Teknik yang kedua adakah sepeg yakni mengikat segenggam kecil ilalang lalu diikat menjadi satu. Sementara teknik yang ketiga adalah selimpet yang memanfaatkan satu bungkon dan satu jalen yang kemudian ditali.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau