Penulis
Untuk satu lembar ilalang yang sudah dianyam dijual Rp 15.000 dan mereka merambah ke penjualan online.
"Awalnya enggak nyangka, ternyata laku juga dijual di market place," ungkap dia.
Sementara itu Saman (51), salah satu warga Desa Taman Suruh bercerita sejak tiga tahun ini ikut 'ngarit' mencari ilalang. Dalam satu hari, dia bisa menumpulkan 30 rit ilalang.
"Carinya enggak jauh-jauh, paling di perumahan baru, lahan-lahan kosong Enggak sulit carinya," kata Saman.
Baca juga: Tumpeng Sewu, Upacara Adat Suku Osing Banyuwangi Jelang Idul Adha
Ia mengaku tantangan saat mencari ilalang adalah tawon yang kerap dijumpai di lahan-lahan yang penuh ilalang.
"Kalau ular jarang, tapi tawon yang kecil. Wah bahaya beberapa kali saya disengat. Selain itu ilalang ini kan tajam, jadi yang sering kena," katanya sambil menujukkan bekas luka di pergelangan tangannya saat mencari ilalang.
"Tapi hasilnya cukup buat tambahan kebutuhan sehari-hari," kata pria itu sambil tertawa.
Hal senada juga disampaikan oleh Cak Sul. Dia mengaku tak kesulitan mencari ilalang karena masih banyak lahan kosong di wilayah Banyuwangi.
"Pernah ada lahan kosong di belakang hotel penuh ilalang. Ya kami ambil di sana. Di perumahan yang belum jadi juga banyak. Jadi enggak kesusahan juga. Yang punya lahan senang karena bersih, kami juga dapat bahan baku untuk menganyam," kata dia.
Baca juga: Penataan Agro Wisata Tamansuruh Telan Rp 25,7 Miliar, Ada Rumah Adat Osing
Cak Sul dan Cak Bud adalah anggaota Pesinauan, sekolah Adat Using yang didirikan oleh Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara-Osing.
Untuk melestarikan anyaman dari ilalang, mereka menggelar worksop pemanfaaatan ilalang sebagai bahan eksterior dan interior bangunan.
Workshop bertema Rancang Ilalang itu berkolaborasi dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek.
Peserta workshop yang diadakan pada tanggal 7-8 Juni 2025 di Umah Suket Lalang itu diikuti oleh pelajar dan anak-anak muda dari sekolah adat Pesinauan.
Cak Bud mengajarkan teknik menganyam ilalang. Yang pertama adalah menyiapkan tiga bambu yakni satu bungkon dan dua jalen dari bambu yang kemudian diikat dengan tali branding yang disebut teknik belok.
Baca juga: KSAD Dudung Abdurachman Dinobatkan Jadi Warga Kehormatan Suku Osing Banyuwangi
Teknik yang kedua adakah sepeg yakni mengikat segenggam kecil ilalang lalu diikat menjadi satu. Sementara teknik yang ketiga adalah selimpet yang memanfaatkan satu bungkon dan satu jalen yang kemudian ditali.