MALANG, KOMPAS.com - Kedai kopi di Kota Malang, Jawa Timur, ini menerapkan konsep yang unik. Pengunjung yang menggunakan bahasa Walikan atau bahasa khas Malangan akan mendapatkan harga lebih murah.
Kedai kopi tersebut bernama Sebastien. Terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Gang 8, Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kedai kopi itu memiliki nuansa retro tahun 1960-an.
Pemilik kedai kopi Sebastien, Didik Sapari (50) mengatakan, penerapan pemesanan menggunakan bahasa Walikan bertujuan untuk melestarikan bahasa daerah khas Malangan.
"Di Malang ini setiap tahun ada sekitar 300.000 mahasiswa, tidak dari Malang saja, tetapi saya ke kedai kopi lainnya ada yang ngomongnya lu, gua, coba pakai konsep bahasa Walikan itu," kata Didik, Senin (24/6/2024).
Baca juga: Simpatisan Nahdliyin Malang Laporkan Akun X yang Posting Plesetan Logo NU
Pembeli yang memesan menggunakan bahasa Jawa akan mendapatkan diskon 20 persen. Kemudian, pembeli yang memesan menggunakan bahasa Walikan akan mendapatkan diskon 40 persen.
"Terpikir harus sesuatu yang bakal datangin orang banyak, Kayutangan ini sedang hype, oh iya tidak ada bahasa Walikan, atau bahasa Malangan, jadi orang ke sini pengen dapat diskon besar, syaratnya pakai bahasa Walikan," jelasnya.
Baca juga: Asal-usul Bahasa Walikan Malang, Kode Rahasia untuk Hindari Mata-mata Penjajah
Pemilik kedai kopi juga menyediakan kamus di lembaran kertas yang terpajang bersama menu minuman dan makanan.
Contohnya, menu minuman Kopi Tubruk Robusta, apabila pembeli menggunakan bahasa Malangan atau Walikan maka bisa mendapatkan harga Rp 8.000.
Namun, jika menggunakan bahasa Jawa maka harganya Rp 12.000, dan bahasa Indonesia Rp 15.000.
"Banyak ke sini karena bahasa Walikan, sebelum pesan diberi tahu sama barista, setiap ke sini, yang datang juga orang Jakarta, Bogor, walaupun tidak semua menggunakan bahasa Walikan yang dibalik," ujarnya.
Ilustrasi kopi apakah pemicu kolesterol?Menurutnya, belum ada tempat kopi di tempat lainnya yang memiliki konsep seperti itu.
"Buka hampir setahun, Juni tahun lalu, viral-nya Agustus dan September, pengunjung yang mem-viralkan," katanya.
Kedai tersebut buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Minuman kopi yang dijual juga mengangkat biji kopi lokal asal kaki Gunung Arjuno.
Awalnya, pembeli di tempat kopinya sebagian besar merupakan warga Malang Raya. Namun, setelah tiga bulan berjalan, rata-rata pembelinya yakni warga luar Malang Raya yang sedang studi di kampus Malang.
"Rata-rata setiap hari bisa terjual 120 cup (aneka minuman berbagai menu)," katanya.
Didik menekuni dunia perkopian sejak 2012. Tempat kopi Sebastien sudah buka sejak Juni 2023. Saat ini, dia telah memiliki 4 kedai kopi di Malang.
Menurutnya, konsep kedai kopi yang unik menjadi ciri khasnya. Sebab, kedai kopi yang menghadirkan nuansa lawas dan kekinian sedang menjadi tren di masyarakat.
"Trennya seperti itu, pasarnya ada, jadi intuisi usaha itu harus jalan. Saya pribadi mencari sesuatu yang tidak umum, saya pernah jualan kopi keliling di Gubukklakah, Kabupaten Malang, buat saya tantangan," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang