"Di sini enaknya kalaupun harganya turun, kopi yang kita tabung tidak ikut turun, tapi ya untuk kualitasnya harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, harus kopi yang petik merah," tambahnya.
Sebagai informasi, saat ini harga kopi di Lumajang mengalami kenaikan drastis hingga Rp 70.000 - 75.000 per kilogram.
Panen terakhir, Masikan menyetorkan tabungan kopi sampai 600 kilogram. Hasil itu kemudian ditabung untuk berjaga-jaga apabila ada kebutuhan mendesak yang harus ia keluarkan suatu hari nanti.
"Kemarin terakhir panen itu 6 kuintal, memang akhir-akhir ini hasil panen memang menurun, tapi harganya yang sekarang lumayan tinggi," jelasnya.
Baca juga: Pencuri yang Tewaskan Petani Kopi di Musi Rawas Masih Berusia 18 Tahun
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Masikan mengambil dari hasil jual pisang yang ditanam di sela tanaman kopi yang ada di kebunnya.
Pisang yang ditanam berjenis Pisang Mas Kirana, dan Cavendis. Setidaknya, dalam satu minggu ia mendapat penghasilan sekitar Rp 200.000 dari hasil jual pisang.
"Kalau buat makan ya pisang ini, cukup kalau hanya untuk makan," ucapnya.
Baca juga: Pergoki Pencuri Masuk Rumah, Petani Kopi di Musi Rawas Tewas Ditusuk
Sementara, Pemilik Bale Kopi Gucialit Nur Kholifah mengatakan, latar belakang membuat program menabung kopi lantaran di Gucialit banyak petani yang menanam kopi tapi taraf ekonominya stagnan.
Setelah dipelajari, ternyata kebiasaan petani menyimpan sendiri kopinya menjadi salah satu pemicu. Sebab, petani memiliki risiko apabila harus menjual kopi pada saat harganya anjlok.
Sedangkan, di Bale Kopi, ia sudah menentukan harga dan spesifikasinya sebelum petani menanam kopi. Selain itu, apabila saat musim panen harga kopi di pasaran malah naik, petani masih bisa mendiskusikan ulang harga yang telah disepakati sebelumnya.
Sehingga, tidak ada kekhawatiran dari petani kopinya tidak laku. Hanya saja, petani diminta menyediakan kopi yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
"Jadi awalnya kita prihatin kok bisa ya disini banyak kopi tapi kok petani masih belum terangkat padahal harga kopi terus naik, ternyata itu mereka simpan sendiri ketika butuh langsung jual ke pengepul ya sesuai harga saat itu," terang Kholifah.
Saat ini, sudah ada 12 petani kopi yang bermitra dengan Bale Kopi dengan program Menabung Kopi.
Para petani ini selain bisa menabung, juga mendapatkan keuntungan berupa dibuatkan video dokumentasi mulai proses tanam, perawatan hingga panen.
Video itu kemudian dipromosikan ke media sosial untuk mengenalkan masyarakat tentang Kopi Gucialit.
Tidak hanya itu, apabila hasil produksi kopinya konsisten, Bale Kopi juga memfasilitasi untuk dibuatkan merek sendiri atas nama petani dan hasil kopinya juga dites ke laboratorium di Jember untuk mendapatkan sertifikat nilai.
"Pelayanan kita kepada para mitra ini kita bantu untuk promosikan, ada salah satu juga sudah punya brand sendiri, juga kita ikutkan penilaian di laboratorium," jelasnya.
Ke depan, kata Kholifah, ia akan membuka pasar ke kafe yang ada di Lumajang untuk menampung kopi Gucialit.
Sehingga, para petani tidak hanya tahu proses produksi. Tapi juga pengolahan hingga pemasaran.
"Saat ini kita masih ciptakan ekosistemnya dulu di Gucialit, ke depan kita ingin kafe-kafe ini pakai kopi Gucialit, sehingga nama kopi Gucialit bisa terangkat dan ekonomi petani juga meningkat," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang