Saat dia bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik arloji di Porong, Sidoarjo, Marsinah dikenal sebagai buruh yang vokal dan senantiasa memperjuangkan kesejahteraan teman-temanya.
Dia juga tergabung dalam organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Marsinah pernah terlibat dalam rapat perencanaan unjuk rasa pada 2 Mei 1993 setelah perusahaan tempatnya bekerja tidak memenuhi hak buruh soal kenaikan gaji.
Baca juga: Kronologi Kematian Marsinah
Padahal saat itu pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Gubernur KDH TK1 Jawa Timur dalam surat edaran nomor 50 Tahun 1992 yang berisi imbauan bagi pengusaha Jawa Timur untuk menaikan gaji pokok sebesar 20 persen.
Para buruh mogok total dan mengajukan 12 tuntutan pada perusahaan. Marsinah dan 14 rekannya menjadi perwakilan buruh yang berunding.
Selanjutnya pada 5 Mei 1993, 13 buruh yang dianggap menghasut digiring ke Kodim Sidoarjo dan dipaksa mengundurkan diri.
Baca juga: Kisah Marsinah, Aktivis Buruh yang Dibunuh pada Masa Orde Baru
Marsinah sempat mendatangi lokasi dan menanyakan keberadaan 13 temannya. Tapi Marsinah kemudian menghilang.
Jasad Marsinah ditemukan dengan dugaan telah mengalami penganiayaan berat pada 8 Mei 1993.
Untuk mengenang Marsinah, didirikan monumen Pahlawan Buruh Marsinal di Jalan Raya Baron, Desa Nglundo, Sukomoro, Nganjuk, Jawa Timur.
Letaknya tak jauh dari makam Marsinah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.