Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Fakta Gempa M 5,9 dan M 6,5 Tuban yang Bersifat Destruktif

Kompas.com, 25 Maret 2024, 05:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Gempa susulan lebih besar

Menurut BMKG, gempa susulan dalam peristiwa gempa Tuban atau gempa Bawean ini memiliki kekuatan lebih besar dari gempa pertama.

Untuk diketahui, gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,9 dan diikuti gempa magnitudo 6,5.

Fenomena ini terjadi karena bidang bakal geser di bidang sesar (asperity) ukurannya lebih besar (6,5) pecah belakangan, salah satunya dipicu tekanan dari gempa pertama dengan asperity yang ukurannya relatif lebih kecil.

"Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)," kata dia.

Baca juga: Dampak Gempa Beruntun Tuban, Dinding Kantor Kecamatan di Bojonegoro Retak

Gempa susulan cukup banyak

Pasien RS Unair dievakuasi usai bangunanya terdampak gempa Tuban, Jumat (22/3/2024).Kompas.com/Andhi Dwi Pasien RS Unair dievakuasi usai bangunanya terdampak gempa Tuban, Jumat (22/3/2024).

Penyebab mengapa terjadi gempa susulan yang cukup banyak lantaran karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan. Batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh.

Beda dengan gempa kerak samudra yang batuannya bersifat homogen dan elastis sehingga biasanya tidak diikuti dengan gempa susulan meski magnitudo gempa awal cukup besar.

Menurut Daryono gempa susulan lazim terjadi setelah terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti.

"Banyaknya gempa susulan justru bisa memberikan informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan," ujarnya.

Baca juga: Pakar Geologi ITS Sebut Gempa Tuban Fenomena yang Jarang Terjadi, Ini Alasannya

Mulai meluruh

Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, tercatat telah terjadi 239 kali gempa sampai Minggu (24/3/2024) pagi.

Adapun frekuensi gempa semakin jarang.

Pada Jumat (22/3/2024) dapat terjadi 19 kali gempa dalam satu jam. Sedangkan pada Minggu (24/3/2024) terjadi 2-3 kali gempa dalam satu jam.

Baca juga: Bukti Gempa Bumi Paling Awal Ditemukan di Afrika

Gempa kuat Laut Jawa 

Wilayah Laut Jawa diguncang gempa tektonik pada Jumat (22/3/2024) pukul 15.52.58 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,5. Ini merupakan gempa susulan ke-20 yang terjadi Jumat siang hingga sore.BMKG Wilayah Laut Jawa diguncang gempa tektonik pada Jumat (22/3/2024) pukul 15.52.58 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,5. Ini merupakan gempa susulan ke-20 yang terjadi Jumat siang hingga sore.

Daryono mengungkapkan, gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Menurut catatan BMKG, sejarah gempa kuat di Laut Jawa terjadi empat kali yakni 1902,1939, 1950, dan 2024.

Gempa ini juga menjadi sebuah pelajaran penting.

"Bahwa ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan tetapi ternyata juga dari sumber gempa di Lauta Jawa utara Jawa Timur," jelas dia.

Sumber: BMKG


Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau