Menurut BMKG, gempa susulan dalam peristiwa gempa Tuban atau gempa Bawean ini memiliki kekuatan lebih besar dari gempa pertama.
Untuk diketahui, gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,9 dan diikuti gempa magnitudo 6,5.
Fenomena ini terjadi karena bidang bakal geser di bidang sesar (asperity) ukurannya lebih besar (6,5) pecah belakangan, salah satunya dipicu tekanan dari gempa pertama dengan asperity yang ukurannya relatif lebih kecil.
"Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)," kata dia.
Baca juga: Dampak Gempa Beruntun Tuban, Dinding Kantor Kecamatan di Bojonegoro Retak
Penyebab mengapa terjadi gempa susulan yang cukup banyak lantaran karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan. Batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh.
Beda dengan gempa kerak samudra yang batuannya bersifat homogen dan elastis sehingga biasanya tidak diikuti dengan gempa susulan meski magnitudo gempa awal cukup besar.
Menurut Daryono gempa susulan lazim terjadi setelah terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti.
"Banyaknya gempa susulan justru bisa memberikan informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan," ujarnya.
Baca juga: Pakar Geologi ITS Sebut Gempa Tuban Fenomena yang Jarang Terjadi, Ini Alasannya
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, tercatat telah terjadi 239 kali gempa sampai Minggu (24/3/2024) pagi.
Adapun frekuensi gempa semakin jarang.
Pada Jumat (22/3/2024) dapat terjadi 19 kali gempa dalam satu jam. Sedangkan pada Minggu (24/3/2024) terjadi 2-3 kali gempa dalam satu jam.
Baca juga: Bukti Gempa Bumi Paling Awal Ditemukan di Afrika
Daryono mengungkapkan, gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Menurut catatan BMKG, sejarah gempa kuat di Laut Jawa terjadi empat kali yakni 1902,1939, 1950, dan 2024.
Gempa ini juga menjadi sebuah pelajaran penting.
"Bahwa ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan tetapi ternyata juga dari sumber gempa di Lauta Jawa utara Jawa Timur," jelas dia.
Sumber: BMKG