"Saya satu petak itu ditanami cabai kadang sayur itu saya jual juga di pasar, kalau belum panen gini ya jual bambu buat nutupi kekurangan biaya setiap harinya," cerita Suhartono.
Salah satu petani lainnya, Murtini asal Desa Blukon, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, malah tidak sempat menikmati harga gabah yang naik pada awal tahun ini.
Pasalnya, saat ini ia baru bisa menanam padi karena sawahnya kekurangan air akibat bencana El Nino yang menerpa Kabupaten Lumajang beberapa bulan terakhir.
Sehingga, ia baru mulai menanam padi saat sawahnya mulai diguyur hujan.
"Baru ada hujan jadi baru berani tanam, kalau kemarin nggak berani karena nggak ada hujan, takut airnya nggak ada malah mati tanamannya," kata Murtini.
"Jadi kalau katanya harga gabah naik karena beras mahal ya belum tahu rasanya," jelas Murtini.
Selama tidak menanam padi, Murtini menggantungkan hidupnya dari berjualan kopi di gubuk berukuran 1x2 meter yang ia bangun dari anyaman bambu.
Tempatnya tidak jauh dari sawah miliknya. Meski hasilnya tidak banyak, setidaknya, hasil jual kopi itu bisa membantu mencukupi kebutuhannya.
Pelanggannya adalah para buruh tani dan petani lain yang memiliki mesin diesel untuk memompa air.
"Lumayan bisa bawa uang Rp 30.000 sehari. Yang beli ya buruh (tani), kadang yang punya sawah juga kalau pas lihat sawahnya," ujar Murtini.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang Arif Budiman mengatakan, sebelumnya harga gabah kering panen (GKP) diketahui berada pada Rp 8.000 per kilogram.
Baca juga: Kehidupan Petani di Tasikmalaya yang Jauh dari Sejahtera
Namun, mulai seminggu yang lalu, harganya perlahan turun hingga menyentuh Rp 6.800 per kilogram.
"Harga gabah kering panen saat ini mulai turun, kalau gak salah sekarang di harga Rp 6.800-an, kalau sebelumnya bisa sampai Rp 8.000 per kilonya," kata Arif di kantornya, Senin (4/3/2024).
Arif menyebut, turunnya harga GKP, salah satunya dipengaruhi oleh pertanian di Jawa Tengah mulai memasuki masa panen.
Sayang, turunnya harga gabah tidak berbanding lurus dengan harga beras di pasaran yang tetap tinggi.