Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Jember Temukan Dugaan Penggelembungan Suara Caleg DPR RI

Kompas.com, 26 Februari 2024, 04:59 WIB
Bagus Supriadi,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember, Jawa Timur menemukan dugaan penggelembungan suara calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI di Kecamatan Sumberbaru pada Minggu (25/2/2024).

Dugaan penggelembungan suara antara lain berada di Desa Jamintoro, Yosorati dan Jatiroto dan terjadi pada Caleg DPR RI dari Partai Golkar nomor empat di Dapil IV Jember-Lumajang.

Baca juga: Ponsel Diduga Dicas Meledak di Dalam Mobil di Jember, Pengunjung dan Staf RS Berlarian

Dua anggota komisioner KPU Jember Ahmad Hanafi dan Ahmad Susanto meninjau langsung lokasi tempat rekapitulasi tingkat kecamatan tersebut.

“Awalnya kami menerima informasi adanya ketidaksesuaian antara hasil rekap di PPK, D-hasil namanya, dengan rekap C hasil plano di beberapa TPS di sejumlah desa Kecamatan Sumberbaru,” kata Hanafi pada Kompas.com, Minggu (25/2/2024).

Dokumen D-hasil merupakan hasil rekapitulasi tingkat PPK atau kecamatan. Sedangkan C-Hasil adalah data perolehan suara di TPS dalam bentuk Plano.

Baca juga: Penyelenggara Pemilu di Nganjuk Didesak Diskualifikasi Caleg Golkar yang Gelembungkan Suara

Menurut dia, ada beberapa TPS di Desa Jamintoro, Yosorati dan lainnya yang mengalami perubahan suara.

Setelah itu, KPU mendatangi kecamatan dan melakukan klarifikasi terkait adanya dugaan pelanggaran tersebut. Hanafi dan Ahmad Susanto menemukan adanya dugaan penggelumbungan suara saat tiba di sana.

Ada tiga desa yang ditemukan ketidaksesuain antara D-hasil dengan C-Hasil. Yakni di Desa Jatiroto, Desa Yosorati, dan Desa Jamintoro.

“Dari sampling di Desa Jamintoro, dan Desa Jatiroto, kita temukan adanya dugaan penggelembungan suara untuk Caleg DPR RI Partai Golkar nomor 4,” tutur dia.

Dia mengatakan dugaan penggelumbugan suara itu cukup masif dengan jumlah yang cukup besar. Seperti yang awalnya Caleg nomor 4 tersebut tidak meraih suara sama sekali, namun diduga angkanya diubah sampai mencapai puluhan suara.

Dia mencontohkan dugaan penggelumbungan suara itu ditemukan di di TPS 2 Desa Jamintoro. Kemudian TPS 4 dan TPS 18 Desa Jatiroto.

“Temuan kami dari salah satu TPS hanya sebagai sampling saja, intinya penggelembungan lumayan besar angkanya,” papar dia.

Untuk itu, pihaknya bersama tim dari KPU Jember akan melaporkan temuan tersebut pada Bawaslu Jember.

Harapannya, agar ada tindakan penegakan hukum bagi pihak yang melakukan kecurangan. “Kami akan melaporkan hal ini pada Bawaslu Jember,” pungkas dia.

Baca juga: KPU Jember Temukan Dugaan Manipulasi Suara, Angka 0 Diubah Jadi 10

Sementara itu, ketua tim pemenangan Caleg DPR RI dari Partai Golkar nomor urut 1 M Nur Purnamasidi mengaku keberatan dengan adanya dugaan penggelembungan suara tersebut. Sebab sangat merugikan dirinya.

Menurut dia, dugaan penggelembungan suara itu tidak hanya terjadi di Kabupaten Jember, tapi sebelumnya juga terjadi di Kabupaten Lumajang.

“Ada indikasi penggelumbungan suara Caleg DPR RI nomor urut 4 dari partai Golkar,” ucap dia.

Dia mengaku berdasarkan data yang diperoleh oleh saksi timnya, terdapat peningkatan suara yang signifikan pada Caleg nomor urut 4 tersebut.

“Ada 9.229 suara yang masuk (bertambah), ketika kami kroscek data di lapangan dan beberapa TPS yang ada di Sumberbaru, memang terjadi penambahan suara,” jelas dia.

Baca juga: Jatuh Sakit Usai Diancam saat Pembakaran Kotak Suara, Ketua KPPS di Bima Meninggal Jelang PSU

Ali mencontohkan di TPS 01 Desa Jamintoro, Caleg nomor 4 itu tidak memperoleh suara sama sekali. Namun dalam rekapitulasi di kecamatan, berubah menjadi 12 suara.

Ia mengingatkan agar para penyelenggara Pemilu untuk berhati-hati dalam proses rekapitulasi tersebut. Sebab adan ancaman pidana bagi yang mengubah data suara.

“Jangan bermain-main dengan suara, kami akan mengawasi proses ini,” pungkas dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau