Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Lahar Dingin Semeru, Warga: Saya Tidak Berani Pulang...

Kompas.com - 10/07/2023, 13:07 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Warga tidak menyangka lahar akan meluber karena biasanya lahar dingin hanya mengalir di sungai.

Bulan lalu, banjir lahar dingin juga terjadi dan menimbun dua alat berat, menurut laporan media.

Sepanjang Januari hingga Juli, banjir lahar dingin terus terjadi di Semeru.

Baca juga: Rentetan Bencana di Lumajang, 3 Warga Meninggal, Ribuan Orang Mengungsi

Mirzam menjelaskan hal itu disebabkan karakteristik material letusan dari Gunung Semeru itu sendiri, selain curah hujan yang juga tinggi.

“Karena abu semeru itu, seperti halnya yang ada di Bromo, Raung, ada di Ijen, tipikalnya berat, artinya ketika pertama kali meletus dia tidak terbawa angin jauh.

"Akibatnya ketika dia dikeluarkan, jatuhnya di pusat-pusatnya, di kerucut-kerucutnya, jadi dia numpuk di atas.“

“Karena dia berat, numpuk, maka begitu diguyur air hujan, materialnya banyak sekali yang keluar sekarang,“ papar Mirzam.

Terkait perbedaan debit air saat banjir, kata Mirzam, hal itu dipengaruhi seberapa besar curah hujan dan seberapa banyak material yang terdorong oleh curah hujan itu.

Material yang ada di Gunung Semeru mungkin banyak karena dalam dua tahun belakangan, yaitu 2021 dan 2022, Semeru mengalami erupsi.

Banjir lahar dingin juga akan lebih berbahaya ketika volume banjir lebih besar dari volume sungai.

Saat ini belum ada metode yang bisa memperkirakan kapan banjir lahar akan terjadi setelah hujan mengguyur puncak gunung.

Mirzam mengatakan, mahasiswa ITB masih melakukan penelitian terkait hal itu, termasuk soal curah hujan yang menyebabkannya.

Untuk mencegah jatuhnya korban jiwa, pihak-pihak terkait sebenarnya sudah menandai daerah-daerah yang masuk ke dalam daerah rawan banjir lahar dingin, kata Mirzam.

Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana dan sekitarnya juga aktif untuk mencari informasi dan membaca situasi dan kondisi.

Baca juga: Rentetan Bencana di Lumajang, 3 Warga Meninggal, Ribuan Orang Mengungsi

“Masyarakat tidak perlu panik, tapi harus mulai bisa membaca tanda-tanda alam. Kalau sudah hujan di hulu, warnanya [langit] gelap di kerucut Semeru, hati-hati nih,” ujar Mirzam.

Dia menambahkan, tanda-tanda lainnya juga bisa dilihat dari sampah-sampah yang tersangkut di ranting maupun dahan pohon, yang berasal dari aliran lahar sebelumnya, hingga tanaman yang tumbang di ketinggian tertentu.

Mirzam memahami banyak masyarakat yang enggan direlokasi karena ketergantungan dengan pekerjaan.

Namun, setidaknya mereka harus tahu bagaimana terhindar dari bencana karena keselamatan nyawa adalah hal utama.

“Tidak terlalu dekat tinggal di bantaran sungai, tidak berada di dekat kelokan sungai, kalau berada pun harus tinggal ketinggian dan sebagainya.

"Kalau tidak mau direlokasi ke tempat yang aman, maka carilah daerah yang aman di situ… Pada akhirnya hidup kita harus berharmoni dengan alam,” tandas Mirzam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Petani di Madiun Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Petani di Madiun Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Surabaya
Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Surabaya
Sarang Gangster di Sidoarjo Digerebek, Tujuh Pemuda Jadi Tersangka Kepemilikan Senjata Tajam

Sarang Gangster di Sidoarjo Digerebek, Tujuh Pemuda Jadi Tersangka Kepemilikan Senjata Tajam

Surabaya
Harga Bawang Merah di Malang Tembus Rp 35.000, Pemkot Jajaki Kerja Sama dengan Probolinggo

Harga Bawang Merah di Malang Tembus Rp 35.000, Pemkot Jajaki Kerja Sama dengan Probolinggo

Surabaya
Libur Panjang Waisak, Daop 9 Jember Tambah Rangkaian Kereta Eksekutif

Libur Panjang Waisak, Daop 9 Jember Tambah Rangkaian Kereta Eksekutif

Surabaya
4 Siswi SD di Sumenep Diduga Dicabuli Guru, Orangtua Lapor Polisi

4 Siswi SD di Sumenep Diduga Dicabuli Guru, Orangtua Lapor Polisi

Surabaya
Kesulitan Jalani Profesi dan Pendidikan, Dua Tunarungu Senang Dapat Alat Bantu Dengar dari Polisi

Kesulitan Jalani Profesi dan Pendidikan, Dua Tunarungu Senang Dapat Alat Bantu Dengar dari Polisi

Surabaya
Embarkasi Surabaya Temukan 3 'Rice Cooker', Jemaah Haji Beralasan Mau Masak Sendiri

Embarkasi Surabaya Temukan 3 "Rice Cooker", Jemaah Haji Beralasan Mau Masak Sendiri

Surabaya
Calon Jemaah Haji Asal Jember Ketahuan Bawa 'Rice Cooker' dan Rokok Berlebih

Calon Jemaah Haji Asal Jember Ketahuan Bawa "Rice Cooker" dan Rokok Berlebih

Surabaya
Terlambat Ditangani, 4 Pasien DBD di Magetan Meninggal Dunia

Terlambat Ditangani, 4 Pasien DBD di Magetan Meninggal Dunia

Surabaya
Bupati Kediri Bantu Adit Bocah Putus Sekolah karena Merawat Orangtua Stroke

Bupati Kediri Bantu Adit Bocah Putus Sekolah karena Merawat Orangtua Stroke

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Gempa Malang Terasa sampai Banyuwangi, Warga Tak Tidur karena Takut Gempa Susulan

Gempa Malang Terasa sampai Banyuwangi, Warga Tak Tidur karena Takut Gempa Susulan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Surabaya
Polisi Madiun Sebut Bentrok Antar-pemuda Terjadi di 3 Lokasi

Polisi Madiun Sebut Bentrok Antar-pemuda Terjadi di 3 Lokasi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com