Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Lahar Dingin Semeru, Warga: Saya Tidak Berani Pulang...

Kompas.com, 10 Juli 2023, 13:07 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Beruntung mereka sempat menyelamatkan diri.

”Tidak disangka sekitar pukul tujuh pagi itu kami dikasih tahu pak sekdes [sekretaris desa] kalau amak [amplitudo maksimal] banjirnya mencapai 40,” ujarnya.

Amplitudo maksimum adalah besaran rekaman gelombang pada seismograf, yang digunakan untuk mencatat getaran atau gelombang gempa, di Semeru.

Baca juga: UPDATE Banjir di Pronojiwo Lumajang, Warga Bisa Menuju Malang via Jembatan Darurat

Tak berani pulang

Banjir lahar dingin juga melanda Dusun Sumberkajar, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang.

Berbeda dengan Dusun Kebondeli Selatan yang masuk ke zona merah rawan bencana, Dusun Sumberkajar yang masuk ke zona pink, juga terdampak banjir lahar kali ini.

Bahkan, lebih dari 80 keluarga dilaporkan terancam banjir susulan karena tanggul Sungai Leprak yang berhulu langsung dari Gunung Semeru telah jebol.

"Takut, kan tanggulnya sudah jebol makanya saya mengungsi di sini," ujar warga bernama Enni.

Enni bersama tetangganya kini tidak berani kembali kerumahnya, hingga ada solusi dari pemerintah.

"Saya menunggu keputusan pemerintah, yang jelas jika tanggulnya masih belum diperbaiki saya tidak berani pulang apalagi saat ini masih terus hujan," pungkasnya.

Banjir lahar dingin Semeru tidak hanya merusak tanggul di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejali, tetapi juga menerjang dua Daerah Aliran Sungai (DAS) lain yang berhulu langsung dari puncak Gunung Semeru, diantaranya DAS Mujur dan DAS Glidik.

Jauh lebih bahaya

Banjir lahar dingin yang menyapu beberapa wilayah di kaki Gunung Semeru terjadi ketika material vulkanik yang berasal dari letusan gunung sebelumnya bercampur dan terbawa oleh air.

Lahar dingin terbentuk ketika material vulkanik itu bercampur dengan air hujan, oleh sebab itu disebut juga dengan lahar hujan.

Ada juga lahar panas atau lahar erupsi, yaitu ketika material vulkanik bercampur dengan air yang ada di danau di kawah. Biasanya banjir lahar ini terjadi bersamaan dengan erupsi gunung berapi.

“Kalau lahar dingin atau lahar hujan sangat jauh sekali beda waktunya, bisa seminggu, bisa sebulan, bisa enam bulan, tergantung kapan airnya datang.

"Makanya lahar dingin atau lahar hujan ini jauh lebih berbahaya karena masyarakat sekitar berpikir aktivitas gunungnya sudah berhenti,” kata pakar vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurachman kepada BBC News Indonesia, Minggu (9/7/2023).

Baca juga: Jembatan Bailey di Lumajang Bisa Tampung Beban Kendaraan hingga 25 Ton

Mirzam menyebutnya sebagai 'bahaya sekunder' gunung berapi dan menurut dia bahaya ini lebih sulit diprediksi kapan datangnya karena 'tidak berkaitan langsung dengan aliran magma' dan dipengaruhi faktor eksternal, dalam hal ini hujan.

“Yang harus jadi catatan buat masyarakat adalah meskipun erupsi semeru sudah berakhir dulu yang letusan besarnya, tapi bahaya sekundernya harus tetap waspada… Daerah-daerah aliran sungai itu akan berpotensi [diterjang] lahar dingin selama musim hujan masih terjadi,” ujarnya memperingatkan.

Memperkirakan banjir lahar dingin

Kondisi Jembatan Gantung Kali Regoyo usai diterjang banjir laharIstimewa Kondisi Jembatan Gantung Kali Regoyo usai diterjang banjir lahar

Banjir lahar dingin di Semeru tidak hanya terjadi pada Jumat (7/7/2023) lalu.

Pada hari Minggu, 2 Juli 2023, beberapa warga dilaporkan tidak bisa pulang ke rumah karena sungai-sungai dipenuhi lahar dingin.

Aktivitas penambangan pasir juga dilaporkan berhenti karena para penambang takut terseret banjir.

Pada Maret lalu, Desa Sumberwuluh juga terkena luberan aliran banjir lahar dingin Semeru.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau