Saat menjualnya di tahun 1943, ledre akan dikemas menggunakan wadah keranjang, kemudian dilapisi kertas dan diikat dengan pelepah pisang.
Berbeda dengan ledre yang sekarang banyak dijajakan, yaitu digulung hingga berbentuk lebih kecil.
Ny. Seger menuturkan bahwa ledre sempat mengalami masa kejayaan antara tahun 1970-1980, namun setelah itu pamor Ledre Padangan meredup.
Baru setelah tahun 2000-an, kepopuleran ledre kembali dan semakin dikenal dan disukai khalayak ramai.
Seiring perkembangan zaman, ledre juga telah berkembang dengan berbagai pilihan rasa dan bentuk, dari sekedar rasa gaplek bertambah menjadi rasa pisang, pandan, coklat dan aneka buah-buahan seperti strawberry, melon, nangka, durian dan aneka rasa lainnya.
Demikian pula dengan bentuk yang semula dilipat dua kini menjadi digulung bahkan ada pula ledre dengan ukuran mini.
Saat ini, makanan khas Bojonegoro tersebut sudah banyak dikenal sampai keluar daerah.
Hal itulah yang kemudian menjadi alasan mengapa Bojonegoro kemudian kerap disebut juga sebagai Kota Ledre.
Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id dan baghumas.bojonegorokab.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.