Fakta lain ditemukan bahwa selama menjabat sebagai Kepala Desa, Gaguk tidak pernah mengambil gajinya sebagai kepala desa. Gaji itu dikembalikan kepada desa untuk dikelola sebagai pembiayaan pembangunan desa.
Baca juga: Kades di Jember Ajak Ratusan Anak Yatim ke Mal untuk Belanja Baju Lebaran
Gaguk membenarkan hal itu. Ia bahkan mengaku tidak pernah tau pasti berapa nominal gajinya sebagai kepala desa.
"Alhamdulillah. Belum pernah tahu sampai sekarang," katanya saat ditemui dikediamannya, Rabu (19/4/2023).
Saat ditanya apa alasannya tidak mengambil gajinya sebagai kepala desa, Gaguk mengatakan bahwa sejak awal pihaknya sudah tidak mempunyai keinginan mengambil haknya tersebut.
Sebaliknya, dia lebih menginginkan agar gajinya bisa dimanfaatkan untuk membantu pendanaan desa dalam melayani masyarakat. Bahkan, hasil dari pemanfaatan lahan bengkok di desa tersebut seluas 12 hektar juga tidak dimanfaatkan sebagai kepentingan pribadinya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, diketahui gaji Gaguk sebagai Kepala Desa Kaliasri senilai Rp 5 juta, dengan rincian Rp 4 juta gaji pokok dan tunjangan senilai Rp 1 juta.
"Kalau untuk nafkah keluarga, Insyaallah saya masih mampu dari hasil usaha saya. Tidak perlu dari gaji," tegasnya.
Baca juga: Tangis Kades Jekek Nganjuk, 4 Warganya Tewas dalam Kecelakaan di Tol Boyolali
Gaguk adalah seorang pengusaha tebu sukses di desa setempat. Dia merintis usahanya sejak tahun 2006.
Tujuannya menjadi kepala desa pada tahun 2017 lalu sebenarnya untuk pengabdian kepada masyarakat. Kemudian, keinginan itu didorong oleh orang-orang terdekatnya.
"Awalnya saya meminta pendapat kepada teman-teman bagaimana caranya agar saya bisa bermanfaat bagi orang lain. Alhasil mereka memberikan masukan untuk saya menjadi kepala desa," terangnya.
Dia sebenarnya sudah merasa cukup menjadi kepala desa selama satu periode. Namun, masyarakat berkeinginan lain.
"Nah, dalam periode ini saya merasa sudah cukup menjadi kepala desa, dan berpikir bahwa memberikan manfaat kepada orang lain tidak harus menjadi kepala desa. Namun, ternyata masyarakat berkeinginan lain," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.