"Selain biskuit dan susu, dulu pas bayinya kan diberi ASI, sekarang diberi sayur sop, soto, sayur-sayuran itu alhamdulillah mau dimakan semua," katanya.
Melika juga rutin mengajak kontrol anaknya ke posyandu dan puskesmas satu bulan sekali. Dia sebenarnya ingin memasukkan anaknya ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Namun, dia masih merasa kasihan. Meski begitu, Melika bersyukur karena kedua anaknya masih bisa beraktivitas normal.
"Alhamdulillah kalau ngomong lancar, sudah bisa baca Al Fatihah dan shalawatan," katanya.
Baca juga: Derita Maghfirah, Penderita Stunting dan Hidrosefalus yang Tak Bisa Menikmati Pelukan Ibunya
Kini, dia hanya berharap kepada pemerintah untuk kedua anaknya ke depan dapat diperhatikan terus hingga dinyatakan sembuh dari stunting dan tumbuh normal.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif mengatakan, angka stunting di Kota Malang pada tahun 2022 sebesar 9 persen. Tahun ini, pihaknya mentargetkan angka stunting turun di bawah 5 persen.
"Tahun kemarin angka stunting Kota Malang 9 persen, target tahun ini kalau bisa memang mendekati zero, di bawah 5 persen, seperti Surabaya, Pak Wali inginnya seperti itu," kata Husnul pada Rabu (29/3/2023).
Baca juga: 3.000 Balita di Magetan Menderita Stunting, Pemkab Anggarkan Rp 800 Juta untuk Beli Susu
Sementara itu, berdasarkan hasil bulan timbang terhadap 34.382 anak pada Februari 2023, jumlah anak berisiko stunting di Kota Malang tercatat 8,9 persen atau sekitar 3.084 anak. Angka ini merata di 57 kelurahan di Kota Malang.
Pemerintah Kota Malang telah mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) dengan jabatan eselon dan tenaga kesehatan untuk menjadi orangtua asuh pada anak berisiko stunting. Setiap ASN diberi tanggung jawab mengasuh dua atau satu anak berisiko stunting.
Mereka bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak asuhnya. Mencukupi kebutuhan gizi dengan berkonsultasi pada ahli gizi setempat dan memantau secara berkala kondisi kesehatan anak asuhnya.
"Pemkot Malang akan mewajibkan para aparatur sipil negara (ASN) dengan jabatan eselon dan tenaga kesehatan memiliki anak asuh berisiko stunting," kata katanya.
"Nanti ada program orangtua asuh anak berisiko stunting untuk ASN. Pembagiannya seperti apa, itu akan ada di wilayah, yang artinya per kelurahan," jelas Husnul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.