Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Macan Tutul Turun dari Hutan Gunung Raung, Kapolsek: Ditindaklanjuti

Kompas.com, 5 Desember 2022, 16:17 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Dugaan turunnya seekor macan tutul dari hutan lereng Gunung Raung di Banyuwangi, Jawa Timur membuat masyarakat setempat cemas.

Beberapa warga Dusun Kampunganyar, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon mengaku menjumpai hewan bernama latin Panthera pardus itu di ladang mereka di lereng Gunung Raung.

Petugas yang menerima informasi tersebut, langsung mengecek ke lokasi. Mulai dari Polsek Songgon, Koramil Songgon hingga Kepala Desa Sumberarum.

"Iya, kita cek titik lokasi untuk mengetahui kebenaran informasi dari warga kami," kata Kepala Desa (Kades) Sumberarum, Ali Nur Fatoni, Senin (5/12/2022)

Baca juga: Gempa Magnitudo 2,3 Guncang Banyuwangi.

Menurut Kades yang kerap disapa Toni itu, kabar kemunculan macan tutul tersebut sempat membuat heboh masyarakat Desa Sumberarum.

Toni mengatakan, lokasi munculnya macan tutul itu yakni di semak-semak dan lereng gunung yang tidak begitu jauh dari pemukiman warga.

"Kami imbau untuk masyarakat tidak terlalu panik. Tapi tetap waspada dan berhati-hati," ungkap Toni.

Baca juga: Gunung Raung Kembali Keluarkan Asap Setinggi 100 Meter

Sementara itu Kapolsek Songgon, AKP Eko Darmawan membenarkan perihal informasi kemunculan macan tutul tersebut.

"Warga yang menjumpai secara langsung macan tutul ini bernama Pak Edi, saat itu beliau sedang melakukan aktivitas di kebun," ungkap Eko.

Disebutkan, warga melihat secara dekat kemunculan macan tutul itu terakhir pada Minggu (4/12/2022).

Kapolsek Songgon bersama warga yang melihat secara langsung menunjukkan titik kemunculan macan tutul ini.

"Pak Edi menjumpai macan tutul di balik semak-semak, saat Pak Edi melakukan aktivitas membersihkan selokan air untuk kebutuhan berkebun," ujar Eko.

Menurut Eko, warga melihat posisi macan tutul tersebut tepat di bawah pohon beringin saat membersihkan selokan di lereng Gunung Raung.

"Jadi, supaya tidak simpang siur, di sinilah lokasi awal beberapa masyarakat menjumpai macan tutul," tutur Eko.

Baca juga: Gunung Semeru Kembali Muntahkan Awan Panas Guguran Siang Ini, Jarak Luncur 6 Km

Meski begitu, Eko mengimbau masyarakat tetap tenang, namun tetap waspada dan tetap menjalankan aktivitas berkebun.

"Juga jangan melakukan perburuan liar," katanya.

Pihaknya juga sudah melakukan komunikasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi.

"Jadi sama-sama ditindaklanjuti di lapangan," tutup Eko Darmawan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau