Koordinator Paguyuban Balitara Nusantara, Doni Indradi mengatakan, pihaknya bersama teman-temannya melakukan aksi itu sebagai bentuk solidaritas atas peristiwa tragedi Kanjuruhan.
"Aksi longmarch ini sebagai bentuk sumbangsih kami kepada 135 korban yang tewas atas tragedi Stadion Kanjuruhan, jelang peringatan 40 hari. Istilah kami tirakat," jelasnya.
Dalam aksi longmarch itu, tampak 10 orang pegiat budaya itu membawa bendera Merah Putih sekaligus mengenakan baju adat Jawa.
Di tengah perjalanan menuju Stadion Kanjuruhan, hujan sempat mengguyur, tetapi rombongan tetap berjalan.
Setibanya di Stadion Kanjuruhan, 10 orang pegiat budaya itu langsung menggelar doa bersama di depan patung kepala singa dan pintu keluar 13 sebagai salah satu titik kematian Aremania, 1 Oktober 2022.
"Setelah menggelar doa, kami istirahat secukupnya, lalu balik lagi ke Blitar," jelasnya.
Aksi seorang lansia bernama Kusno Hadi (74), warga Jalan Janti Selatan, Kecamatan Sukun, juga mencuri perhatian di 40 hari tragedi Kanjuruhan.
Kusno melakukan aksi jalan mundur dari Kota Malang ke Stadion Kanjuruhan, Rabu (9/11/2022).
Kusno hanya mengenakan kaus dan syal Arema, memakai topi terikat pita Merah Putih, serta membawa poster bertuliskan "40 harinya Tragedi Kanjuruhan Jalan Mundur".
Kusno mengatakan, aksi heroiknya telah direncanakan sebelumnya sebagai bentuk belasungkawa atas 135 korban tewas dan ratusan korban lain yang mengalami luka-luka.
"Saya sebagai warga Malang, dulur-dulurku (saudara-saudara) saya sakit, maka saya juga merasa sakit. Maka, paling tidak sebagai solidaritas saya, saya lakukan jalan mundur ini," ungkapnya saat ditemui di kawasan Kecamatan Kepanjen, Rabu.
Baca juga: Tim Advokasi Korban Tragedi Kanjuruhan Akan Ajukan Gugatan Restitusi
Jurnalis yang bertugas di Malang dan tergabung dalam Jurnalis Malang Raya (JMR) juga tidak mau kalah.
Sebagai bentuk rasa belasungkawa atas peristiwa Tragedi Kanjuruhan, mereka membeberkan banner berukuran 1,5 × 37 meter, berisi foto-foto jurnalistik tentang tragedi Kanjuruhan hasil karya mereka.
Banner yang berisi setidaknya 50 foto itu ditempelkan di salah satu sisi halaman stadion Kanjuruhan, pada Rabu (9/11/2022).
Koordinator Pameran, Fajar Agastya menjelaskan foto-foto yang ada di banner itu, meliputi karya para jurnalis Malang Raya yang sudah terpublikasi maupun belum terpublikasi di media masing-masing, tentang tragedi Kanjuruhan saat hari H terjadinya kerusuhan.
Terlihat foto-foto itu menampilkan wajah oknum kepolisian yang melakukan penembakan gas air mata, oknum TNI melakukan pemukulan, kondisi kepanikan di salah satu tribun Stadion Kanjuruhan, serta kondisi tubuh para korban imbas tragedi maut tersebut.
"Pameran ini bertujuan sebagai bentuk solidaritas kami sebagai jurnalis kepada para korban tragedi Kanjuruhan, sekaligus merawat ingatan kita tentang tragedi kemanusiaan," ungkapnya saat ditemui, Rabu (9/11/2022).
Ia berharap, masyarakat bisa melihat peristiwa tragedi Kanjuruhan itu dari sudut pandang awak media.
"Aksi ini murni atas inisiatif masing-masing personal jurnali di Malang Raya yang berasal dari lintas bidang peliputan berita, lintas media hingga lintas organisasi," terangnya.