Subot ini merupakan produk khas warga Desa Botoputih yang dapat membantu meningkatkan UMKM yang dimiliki warga setempat. Selain itu, bisa bisa dikonsumsi warga secara langsung.
“Produk Subot ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dan bisa dikonsumsi oleh anak-anak Desa Botoputih karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi,” kata mahasiswa yang kini sudah berada di semester tujuh ini.
Tak butuh waktu lama dalam membuat produk Subot. Menurutnya, proses pengolahan hanya membutuhkan beberapa jam saja.
Susu perah yang diambil di tempat penyimpanan dicampur air mendidih. Setiap satu liter susu, ditambahkan satu sendok gula.
Sambil menunggu susu dan air mendidih menyatu, Agodonas dan warga memberikan perasa jahe, jagung, atau cokelat. Setelah matang, susu tersebut dipindahkan ke toples dan diberi satu sendok gula.
“Jika sudah selesai, maka tunggu hingga hangat. Lalu kemudian dipindahkan ke dalam botol yang sudah diberi lebel Subot (Susu Botoputih),” jelasnya.
Produk Subot ternyata bermanfaat untuk meningkatkan gizi anak-anak dan lansia di Botoputih.
“Susu sapi asal Desa Botohputih ini memiliki kalsium yang sangat tinggi. Karena, sehingga kalau di perah bisa langsung minum susunya,” kata mahasiswa yang akrab disapa Ago ini.
Selain itu, kata Ago, Subot yang diproduksi ini bisa diminum oleh semua kalangan masyarakat, terutama anak-anak, para lanjut usia (lansia), dan pasien di rumah sakit atau puskesmas.
“Gizinya cukup tinggi, sehingga cocok dikonsumsi oleh anak-anak, lansia dan pasien yang sakit,” ucapnya.
Tak hanya bergizi, produk Subot ini bisa meningkatkan perekonomian warga Desa Botoputih. Apalagi, hampir 95 persen warga adalah peternak sapi perah.
“Saat ini ada 5 UMKM yang kita dampingi untuk produksi Subot. Ke depan kita harapkan setiap Kepala Keluarga (KK) di Botoputih bisa memproduksi Subot,” ucapnya.
“Dengan begitu ke depan akan meningkatkan perekonomian setiap keluarga yang ada di Desa Botoputih,” pungkasnya.
Salah satu warga, sekaligus Pengurus Susu di Desa Botoputih, Marji sangat senang bisa memproduksi produk Susu Botoputih (Subot).
Hal ini, menurut Marji, berkat bantuan dan dukungan dari mahasiswa Papua yang melakukan KKN MD selama beberapa bulan di Desa Botoputih.
“Saya kini mengeluti Susu Botoputih (Subot). Saya sangat senang bisa memproduksi Subot,” ungkapnya dalam unggahan video yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).