Salin Artikel

Cerita Agodonas, Mahasiswa Asal Papua Bantu Peternak di Trenggalek Kembangkan Produk Susu Perah

Agodonas terlibat aktif membantu peternak mengolah susu yang dihasilkan sapi perah. Agodonas melakukan KKN-MD pada 24 Agustus-16 Desember 2022.

Selama ditempatkan di Desa Botoputih, Agodonas membangun kedekatan dengan warga di kampung itu. Ia sudah dekat dengan warga sekitar.

Mahasiswa asal Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, ini melihat potensi produk yang dihasilkan peternakan warga Desa Botoputih.

Salah satu produk yang dikembangkan adalah susu perah dari sapi yang selama ini menjadi potensi di Desa Botoputih. Hampir 95 persen masyarakat Desa Botoputih berprofesi sebagai peternak sapi perah.

Mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat itu melihat, para peternak hanya memerah sapi dan membawa hasilnya ke pengepul.

Peternak tak mengembangkan produk susu yang dihasilkan ternaknya. Sehingga, susu sapi perah itu bisa dikembangkan menjadi produk yang bisa langsung dikonsumsi masyarakat.

“Selama KKN-MD ini saya melihat potensi masyarakat di Botoputih sebagai peternak sapi perah, sehingga muncul ide untuk membuat satu produk susu yang bisa dijual dan dikonsumsi masyarakat,” kata Agodonas kepada Kompas.com saat dihubungi, Rabu (26/10/2022).

Memberi Makan Sapi dan Perah Susu

Mahasiswa kelahiran Serapding, 9 Agustus 200,1 ini juga ikut memberi makan sapi dan kambing milik warga selama melakukan KKN-MD di Kampung Botoputih.

Hal itu dilakukan sembari menyosialisasikan pengembangan produk olahan susu sapi.

Dengan judul KKN MD Peningkatan Produksi Susu Sapi Perah Guna Peningkatan Perekonomian Desa Botoputih, mahasiswa 21 tahun ini mulai mengembangkan produk susu sapi perah dari Botoputih.

“Tugas saya selama KKN MD adalah memberikan makan kepada sapi dan kambing milik para peternak, sambil mencari ide untuk pembuatan produk khas warga Botoputih yang berasal dari susu perah,” ungkap Agodonas.

Agodonas semakin dekat dengan warga karena ikut memberi makan ternak. Setelah kedekatan terjalin, ia mengajak masyarakat membuat produk susu sapi perah dari Kampung Botoputih.

“Puji Tuhan ada beberapa peternak yang tergabung dalam UMKM bersedia, sehingga kita mulai membuat satu produk dari susu sapi perah untuk ke depan dapat jual dan dikonsumsi masyarakat,” ungkap alumnus SMA Katolik Yos Sudarso Kepanjen, Malang ini.

“Produk susu sapi perah yang saya kembangkan bersama peternak di Desa Botoputih kita beri nama Subot yang artinya Susu Botoputih,” ucapnya.

“Produk Subot ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dan bisa dikonsumsi oleh anak-anak Desa Botoputih karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi,” kata mahasiswa yang kini sudah berada di semester tujuh ini.

Tak butuh waktu lama dalam membuat produk Subot. Menurutnya, proses pengolahan hanya membutuhkan beberapa jam saja.

Susu perah yang diambil di tempat penyimpanan dicampur air mendidih. Setiap satu liter susu, ditambahkan satu sendok gula.

Sambil menunggu susu dan air mendidih menyatu, Agodonas dan warga memberikan perasa jahe, jagung, atau cokelat. Setelah matang, susu tersebut dipindahkan ke toples dan diberi satu sendok gula.

“Jika sudah selesai, maka tunggu hingga hangat. Lalu kemudian dipindahkan ke dalam botol yang sudah diberi lebel Subot (Susu Botoputih),” jelasnya.

Bergizi dan Tingkatkan Perekonomian

Produk Subot ternyata bermanfaat untuk meningkatkan gizi anak-anak dan lansia di Botoputih.

“Susu sapi asal Desa Botohputih ini memiliki kalsium yang sangat tinggi. Karena, sehingga kalau di perah bisa langsung minum susunya,” kata mahasiswa yang akrab disapa Ago ini.

Selain itu, kata Ago, Subot yang diproduksi ini bisa diminum oleh semua kalangan masyarakat, terutama anak-anak, para lanjut usia (lansia), dan pasien di rumah sakit atau puskesmas.

“Gizinya cukup tinggi, sehingga cocok dikonsumsi oleh anak-anak, lansia dan pasien yang sakit,” ucapnya.

Tak hanya bergizi, produk Subot ini bisa meningkatkan perekonomian warga Desa Botoputih. Apalagi, hampir 95 persen warga adalah peternak sapi perah.

“Saat ini ada 5 UMKM yang kita dampingi untuk produksi Subot. Ke depan kita harapkan setiap Kepala Keluarga (KK) di Botoputih bisa memproduksi Subot,” ucapnya.

“Dengan begitu ke depan akan meningkatkan perekonomian setiap keluarga yang ada di Desa Botoputih,” pungkasnya.

Perasaan Warga Produksi Subot

Salah satu warga, sekaligus Pengurus Susu di Desa Botoputih, Marji sangat senang bisa memproduksi produk Susu Botoputih (Subot).

Hal ini, menurut Marji, berkat bantuan dan dukungan dari mahasiswa Papua yang melakukan KKN MD selama beberapa bulan di Desa Botoputih.

“Saya kini mengeluti Susu Botoputih (Subot). Saya sangat senang bisa memproduksi Subot,” ungkapnya dalam unggahan video yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

“Prosesnya sangat mudah dan produksi produk Subot ini sangat membantu masyarakat kedepan untuk meningkatkan perekonomian,” katanya.

Kata Marji, kehadiran mahasiswa Universitas Negeri Malang asal Papua di Desa Botoputih sangat membantu masyarakat berinovasi dalam mengolah produk berbahan dasar susu.

“Ini sangat membantu masyarakat untuk memproduksi produk Subot yang menjadi ciri khas masyarakat di Desa Botoputih,” ucapnya.

Tanggapan Desa Botoputih

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) Desa Botoputih Emi Palupi mengaku, pihhaknya mendukung produksi Subot yang diluncurkan mahasiswa UNM asal Papua tersebut.

“Saya sangat antusias terhadap mahasiswa KKN MD dari Universitas Negeri Malang dari Papua. Soalnya sudah jauh-jauh dari Papua, tetapi sudah memikirkan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Desa Botoputih,” ungkap Emi dalam unggahan video yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Emi berharap, Agodonas bisa melatih sejumlah UMKM di Desa Botoputih sehingga bisa memproduksi Subot.

“Kakak Ago dari Papua yang melakukan KKN MD mengembangkan Subot ini, agar dapat melatih UMKM-UMKM yang ada di Desa Botoputih untuk memafasilitasi dan Desa akan mendukung,” ucapnya.

Emi juga berharap produk subot bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di desa itu. Apalagi, selama ini peternak sapi perah hanya menjual susu segar.

“Ke depan dari pendampingan kakak Ago dan dukungan desa, maka kita bisa mengolah susu melalui produksi Subot ini, sehingga penjualannya lebih tinggi dan ekonomi masyarakat lebih meningkat,” harapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/31/195959978/cerita-agodonas-mahasiswa-asal-papua-bantu-peternak-di-trenggalek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke