Devi saat itu tidak bisa ikut nonton karena sedang bekerja di Kabupaten Situbondo. Ia baru tiba di Malang sekitar pukul 20.00 WIB.
Baca juga: Tim Hukum Aremania Temukan Kejanggalan di Rekam Medis Korban Tragedi Kanjuruhan
Awalnya, ia hendak menyusul dua anaknya. Namun ia berbalik arah karena macet di wilayah Kepanjen.
Namun sampai di rumah, ia mendapat pesan jika dua anak serta mantan istrinya tewas dan telah dievakusi ke RS.
Di rumah sakit, Devi nyaris tidak mengenali wajah kedua anaknya. Sebab wajahnya terlihat membiru kehitam-hitaman.
"Pastinya hal itu akibat sesak gas air mata. Sebab kalau terinjak-injak, saat memandikan saya tidak menemukan satu pun bekas luka atau lebam," ujarnya.
Baca juga: Risma Berikan Santunan kepada Ahli Waris Aremania Korban Tragedi Kanjuruhan
Di rumah sakit, Devi sempat kaget dengan kondisi dua anaknya. Ia juga mengamuk di rumah sakit karena tak kuasa menahan emosi.
"Saya sadar terlalu larut dalam kesedihan saat itu. Saya mohon maaf saat itu," ujarnya.
Namun, lebih dari itu, Devi mempertanyakan kenapa tembakan gas air mata membuat kedua anak dan mantan istrinya tewas mengenaskan seperti itu.
"Padahal, selama saya ikut nonton Arema FC, baik di kandang maupun tandang beberapa kali kami mendapat tembakan gas air mata dari polisi, tapi tidak sampai menewaskan hingga seperti ini," terangnya.
Baca juga: Polisi Berikan Trauma Healing Ibu Korban Kanjuruhan yang Masih Trauma
Akibat peristiwa itu, Devi mengaku membenci polisi karena menembakkan gas air mata pada tragedi Kanjuruhan dan menewaskan kedua anak dan mantan istrinya.
"Pascakejadian ini, saya sangat benci ketika melihat polisi. Peristiwa ini sangat membekas bagu saya," pungkasnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Imron Hakiki | Editor : Robertus Belarminus, Dheri Agriesta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.