Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Devi Ajukan Otopsi Ulang 2 Putrinya yang Tewas di Kanjuruhan: Tubuh Anak Saya Menghitam dan Mengeluarkan Busa

Kompas.com - 16/10/2022, 14:34 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Devi Athok Yulfitri, warga Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang mengajukan otopsi ulang untuk dua putrinya yang meninggal saat Tragedi Kanjuruhan.

Dua anak Devi yakni Natasya (16) dan Nayla (13) masuk dalam daftar korban tewas saat pertandingan Arema Vs Persebaya.

Ia mengaku bersedia melakukan otopsi untuk 2 anaknya agar proses hukum atas tragedi tersebut segera terungkap.

"Supaya menjadi terang, apa sebenarnya yang menyebabkan meninggalnya kedua anak saya dan 130 korban lain dalam tragedi itu," ungkap Devi, saat ditemui, Sabtu (15/10/2022).

Baca juga: Duka Devi Atok, Aremania yang Kehilangan 2 Anaknya dalam Tragedi Kanjuruhan

Menurut Devi ia sempat kecewa dengan pernyataan Kadiv humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo yang menyebut gas air mata tak mematikan.

Bagi Devi, peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan adalah genosida. Menurutnya, ia nyaris tak mengenal jenazah anaknya karena tubuh kedua putrinya menghitam.

"Maka mari kita otopsi ulang korban. Lihat apa penyebab kematiannya. Karena saya melihat sendiri kedua anak saya, tubuhnya menghitam, keluar darah dari hidung, dan mengeluarkan busa. Bagi saya ini adalah genosida," kata dia.

Ia juga mengajak keluarga korban bersedia otopsi ulang agar penyebab tewasnya para korban segera diketahui.

"Maka mari kita otopsi ulang korban. Lihat apa penyebab kematiannya," ujar dia.

Baca juga: Ajukan Otopsi Ulang 2 Putrinya, Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan: Supaya Menjadi Terang

Rencana otopsi akan dilakukan pada 20 Oktober 2022. Menurut Kepala Bidang Dokkes Polda Jawa Timur, Kombes Pol dr Erwinn Zainul Hakim, proses otopsi itu akan diawali dengan proses ekshumasi.

Yakni penggalian kubur yang dilakukan oleh kedokteran kehakiman, lalu mayat kembali dikeluarkan dalam kubur setelah dimakamkan.

"Untuk proses otopsi, Polri bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI). Nanti PDFI yang akan menunjuk dokter-dokter untuk melakukan otopsi," ujar dia.

Baca juga: Polri Sebut Gas Air Mata Tidak Mematikan, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Ini Ajukan Otopsi Ulang

Menonton bersama sang ibu

Devi menceritakan, Natasya dan Nayla menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya bersama mantan istrinya. Natasya dan Nayla didampingi ayah tiri dan adik tirinya di Tribun 10 Stadion Kanjuruhan.

"Pada Jumat, Natasya pamit kepada saya mau nonton Arema FC lawan Persebaya di tribun 10. Saya sempat melarang untuk diam di tribun 10, dan menyuruh diam di tribun 4. Sebab di sana banyak teman-teman saya," jelasnya.

"Tapi ia tetap mau diam di tribun 10 karena ibunya diam di sana. Akhirnya saya pun mengiyakan," imbuhnya.

Devi saat itu tidak bisa ikut nonton karena sedang bekerja di Kabupaten Situbondo. Ia baru tiba di Malang sekitar pukul 20.00 WIB.

Baca juga: Tim Hukum Aremania Temukan Kejanggalan di Rekam Medis Korban Tragedi Kanjuruhan

Awalnya, ia hendak menyusul dua anaknya. Namun ia berbalik arah karena macet di wilayah Kepanjen.

Namun sampai di rumah, ia mendapat pesan jika dua anak serta mantan istrinya tewas dan telah dievakusi ke RS.

Di rumah sakit, Devi nyaris tidak mengenali wajah kedua anaknya. Sebab wajahnya terlihat membiru kehitam-hitaman.

"Pastinya hal itu akibat sesak gas air mata. Sebab kalau terinjak-injak, saat memandikan saya tidak menemukan satu pun bekas luka atau lebam," ujarnya.

Baca juga: Risma Berikan Santunan kepada Ahli Waris Aremania Korban Tragedi Kanjuruhan

Di rumah sakit, Devi sempat kaget dengan kondisi dua anaknya. Ia juga mengamuk di rumah sakit karena tak kuasa menahan emosi.

"Saya sadar terlalu larut dalam kesedihan saat itu. Saya mohon maaf saat itu," ujarnya.

Namun, lebih dari itu, Devi mempertanyakan kenapa tembakan gas air mata membuat kedua anak dan mantan istrinya tewas mengenaskan seperti itu.

"Padahal, selama saya ikut nonton Arema FC, baik di kandang maupun tandang beberapa kali kami mendapat tembakan gas air mata dari polisi, tapi tidak sampai menewaskan hingga seperti ini," terangnya.

Baca juga: Polisi Berikan Trauma Healing Ibu Korban Kanjuruhan yang Masih Trauma

Akibat peristiwa itu, Devi mengaku membenci polisi karena menembakkan gas air mata pada tragedi Kanjuruhan dan menewaskan kedua anak dan mantan istrinya.

"Pascakejadian ini, saya sangat benci ketika melihat polisi. Peristiwa ini sangat membekas bagu saya," pungkasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Imron Hakiki | Editor : Robertus Belarminus, Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com