SUMENEP, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumenep mulai keteteran menghadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Selain menghadapi angka kasus PMK yang terus meningkat, stok obat untuk menangani kasus PMK juga mulai kosong.
Baca juga: Sindikat Pencuri Motor di Sumenep Ditangkap, Polisi Sita 7 Sepeda Motor
"Kosong, sudah satu bulan terkahir," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Sumenep, Zulfa saat dihubungi, Senin (20/6/2022).
Zulfa menjelaskan, kekosongan obat untuk menghadapi wabah PMK sudah disampaikan ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
Kendati sudah mendapat respons, pihaknya kemudian hanya menerima obat berupa vitamin dengan jumlah yang sangat terbatas.
"Kami sudah dapat kiriman obat berupa vitamin sebanyak empat botol. Tapi itu kan tidak cukup," kata dia.
Di tengah situasi itu, DKPP, lanjut Zulfa, dinas terus melalukan pemantauan terhadap penyebaran wabah PMK di Kabupaten Sumenep.
Sembari menunggu obat dan vaksin yang mungkin saja tiba bulan depan, pihaknya meminta peternak untuk mengobati sapi terjangkit wabah PMK dengan obat tradisional.
Meski begitu, ia tak menyebut secara rinci jenis obat tradisional yang cocok diberikan kepada hewan ternak yang positif PMK.
"Kami sudah berikan imbauan kepada peternak agar diberikan obat secara herbal. Meraka (peternak) juga sudah mengerti," jelasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.