SURABAYA, KOMPAS.com - Di 18 kabupaten/kota di Jawa Timur ditemukan 114 kasus suspect jaundice (kuning) akut yang bisa jadi berhubungan dengan hepatitis akut.
Temuan itu didasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Jawa Timur, minggu I – minggu 17 tahun 2022, tepatnya per 4 Mei 2022.
Adapun pada minggu ke-14 hingga minggu ke-17, kasus cenderung mengalami kenaikan.
Baca juga: Ada 161 Kejadian Darurat di Surabaya Selama Libur Lebaran, Paling Banyak Kecelakaan Lalu Lintas
Sebagai catatan, data SKDR tersebut adalah kasus suspect jaundice (kuning) akut yang dilaporkan dengan usia secara umum (tidak spesifik usia 16 tahun).
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Triyono mengimbau seluruh masyarakat Jawa Timur, khususnya kepada anak-anak dan orangtua untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta protokol kesehatan secara disiplin.
"Untuk mencegah dan mengendalikan penularan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di Jawa Timur, kami menghimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati namun tetap tenang," kata Erwin di Surabaya, Kamis (5/5/2022).
Baca juga: Tiket Kereta Api Arus Balik Lebaran di Daop 8 Surabaya Terjual 70 Persen
Ia juga meminta masyarakat Jatim untuk melakukan upaya pencegahan dengan PHBS seperti sering mencuci tangan pakai sabun, meminum air bersih yang matang.
Kemudian, memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang penuh, menggunakan alat makan sendiri, memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kontak dengan orang sakit.
"Selain itu, untuk sementara agar tidak berenang dulu di kolam renang umum, tidak bermain di playground, serta hindari menyentuh hand railing, knop pintu, dinding yang sering dipegang orang," ucap Erwin.
Baca juga: Arus Balik, Kemenhub Sediakan Kapal Gratis bagi Pemotor dari Surabaya dan Semarang
Erwin menjelaskan, gejala klinis yang ditemukan pada pasien hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini antara lain, peningkatan enzim hati, sindrom hepatitis akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah).
"Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam," kata dia.
Ia berpesan jika masyarakat menemui gejala tersebut pada anak, segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera bisa dilakukan observasi dan tindakan.
Selain itu, seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jawa Timur diminta untuk siap dan sigap dalam menangani pasien yang mengalami gejala hepatitis akut tersebut.
Serta segera melaporkan ke Dirjen P2P Kemenkes RI melalui Dinkes Jatim jika menemukan kasus sesuai dengan gejala hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Baca juga: Alun-alun Surabaya dan 39 Taman Dibuka Selama Libur Lebaran
Untuk mengendalikan penyebaran hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini, Dinkes Jatim telah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota dan jejaring Dinas Kesehatan, rumah sakit dan puskesmas serta membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor (info IDAI dan PPHI, Patelki/Lab, dll).
Selain itu, Dinkes Jatim juga terus melakukan promosi kesehatan melalui media KIE agar masyarakat dapat memahami gejala hepatitis akut tersebut.
"Dinkes Jatim juga terus memantau dan melaporkan kasus suspect hepatitis akut di SKDR, dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak," tutur dia.
Baca juga: Libur Lebaran, Kebun Binatang Surabaya Tambah 2 Wahana untuk Tarik Wisatawan
Seperti diketahui, Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) tentang adanya kasus Hepatitis Akut yang tidak diketahui etiologi atau penyebabnya pada 15 April 2022.
Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris 114 orang, Spanyol 13 orang, Israel 12 orang, Amerika Serikat 9 orang, Denmark 6 orang, Irlandia, 5 orang, Belanda 4 orang, Italia 4 orang, Norwegia 2 orang, Perancis 2 orang, Romania 1 orang dan Belgia 1 orang dengan kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.
Tujuh belas anak atau sekitar 10 persen di antaranya memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap KLB Hepatitis Akut dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.
Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.