Orang yang kecanduan pornografi, menurut Betty akan sulit konsentrasi hingga kesulitan mengontrol emosi.
Baca juga: Dea OnlyFans Ditangkap di Malang, Ini Penjelasan Ketua RW hingga Penjaga Indekos
"Mereka juga sering menyendiri, di dalam kamar untuk mengakses pornografi. Satu lagi yakni mudah marah," kata psikolog RSUD Blambangan Banyuwangi tersebut.
Jika kecanduan dialami oleh orang yang berpasangan, Betty mengatakan akan berpengaruh dengan hubungan personal dengan suami dan istri.
"Contohnya suami sibuk mengakses pornografi hal ini membuat istrinya tidak percaya diri. Ini menganggu komunikasi dengan pasangan. Jadi mereka hanya menjadikan pasangannya sebagai obyek seksual saja," kata dia.
Tak hanya itu, Betty juga mengingatkan jika pornografi bisa memicu kekerasan seksual.
"Pornografi memicu hasrat seksual dan jika tak terkontrol, pelaku akan melampiaskanya dengan melanggar hak orang lain. Ini yang disebut pemerkosaan," kata dia.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Dea OnlyFans, Warganet yang Ikut Menyebarkan Konten Bisa Kena UU ITE
Betty mengatakan kerusakan otak yang ditimbulkan oleh kecanduan pornografi dapat dipulihkan dengan terapi.
Namun harus tetap didukung oleh orang-orang terdekat salah satunya adalah orangtua.
"Silahkan konsultasi ke tenaga ahli, psikolog atau psikiater," kata dia.
Betty juga menjelaskan kecanduan pornografi bisa dilakukan dengan memberikan pendidkan seks sesuai usia perkembangan serta memberikan perhatian, kasih sayang dan penghargaan kepada anak.
"Untuk kasus anak, jika tahu anaknya mengakses pornografi, orangtua harus mengajak anak untuk berdialog tentang dampak pornografi," kata dua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.