Santoso mengaku senang dengan kedatangan dua peralatan militer itu tepat pada tanggal 14 Februari, hari dilakukannya pemberontakan terhadap militer Jepang oleh puluhan pasukan Peta Blitar yang dipimpin Sodanco Supriyadi.
Santoso mengatakan peristiwa pemberontakan pasukan Peta yang dipimpin Sodanco Supriyadi memiliki arti penting dalam upaya menggelorakan perjuangan kemerdekaan.
Dalam waktu dekat, ujarnya, Museum Pemberontakan Peta juga akan mendapatkan pemberian satu pesawat tempur dari TNI Angkatan Laut dan satu unit lagi tank dari TNI Angkatan Darat.
Santoso mengatakan, setelah sejumlah peralatan dan kendaraan militer didatangkan ke lokasi yang menjadi bagian dari Museum Pemberontakan Peta, proses pembangunan akan dimulai di gedung-gedung bekas Markas Peta Blitar yang berada persis di belakang Monumen Pemberontakan Peta.
Baca juga: Pengatur Lalu Lintas di Kota Blitar Meninggal Mendadak di Teras Masjid Kantor Kemenag
Pemberontakan Peta Blitar adalah peristiwa serangan terhadap militer Jepang di Blitar oleh puluhan pasukan Peta Blitar yang dipimpin komandan peleton Sodanco Supriyadi.
Namun pemberontakan itu segera dapat diatasi oleh militer Jepang dalam waktu singkat dengan tewasnya sejumlah pasukan Supriyadi dan puluhan lain tertangkap.
Mereka yang tertangkap mendapatkan hukuman mati dan penjara seumur hidup.
Sementara narasi sejarah tentang nasib Supriyadi yang baru berusia 22 tahun itu selama ini didominasi oleh pengisahan bahwa Supriyadi berhasil melarikan diri dan menghilang.
Pihak keluarga meyakini Supriyadi ikut tewas dalam kontak senjata ketika pasukan Jepang memburu pasukan Peta yang dia pimpin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.