BLITAR, KOMPAS.com - Seorang kepala desa di Kabupaten Blitar mengusulkan lampu dan sirine yang dipasang dinas perhubungan di tiga titik perlintasan kereta api tanpa palang pintu dicopot.
Alasannya, lampu dan sirine di tiga titik perlintasan di Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, itu tidak lagi berfungsi. Sehingga, meningkatkan kerawanan terjadinya kecelakaan antara pengguna jalan dan kereta api.
Kepala Desa Pasirharjo Chusana mengatakan, lampu dan sirine sejatinya berfungsi memberikan peringatan kepada pengguna jalan yang hendak melintasi rel.
"Kalau lampu dan sirine mati, risiko terjadinya kecelakaan semakin tinggi. Karena ketika kereta api hendak melewati perlintasan tidak ada peringatan dari lampu dan sirine, akhirnya pengguna jalan tetap menyeberang karena menganggap tidak ada peringatan dari lampu atau pun bunyi sirine," jelas Chusana kepada Kompas.com, Rabu (9/2/2022) sore.
"Hari ini tadi paling tidak yang nyaris tertabrak kereta api ada dua kendaraan, satu mobil pikap dan satu sepeda motor," tambahnya.
Kata Chusana, hampir setiap bulan terjadi kecelakaan di tiga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Desa Pasirharjo.
Pada Januari, sebuah mobil Honda Jazz tertemper kereta di salah satu perlintasan tersebut. Mobil itu ringsek dan pengemudinya terluka.
Sementara pada Minggu (6/2/2022), seorang pengendara sepeda motor berusia 19 tahun tewas tertabrak Kereta Api Penataran Doho sekitar pukul 13.00 WIB.
"Kalau cuma terserempet dan nyaris tertabrak ya sering sekali," kata Chusana.
Baca juga: 2 Sekolah di Kabupaten Blitar Hentikan PTM Setelah Ada Siswa Reaktif Covid-19
Oleh karena itu, Chusana berharap lampu dan sirine di tiga perlintasan tanpa pintu di desanya sebaiknya dicopot saja beserta tiang penyangganya.
Jika lampu dan sirine tetap dibiarkan terlihat pengguna jalan padahal sudah tidak berfungsi, kata dia, sama saja dengan mengecoh mereka.
"Lebih baik tidak terlihat ada lampu dan sirine sehingga pengguna jalan akan lebih waspada ketika hendak melewati tiga perlintasan tanpa palang pintu itu," ujarnya.
Kerusakan sudah tujuh bulan lebih
Rel kereta api di mana tiga perlintasan itu berada membujur arah barat-timur di antara jalan raya Blitar-Malang dan Kantor Desa Pasirharjo. Perlintasan yang di tengah berada persis di samping Kantor Desa, dua yang lain di sebelah timur dan barat.
Chusana tidak menyebutkan kapan lampu dan sirine peringatan itu dipasang, tetapi sudah lebih dari tujuh bulan berada dalam kondisi mati.
Perlintasan yang di tengah merupakan yang paling rawan, kata Chusana, karena rel hanya berjarak kurang dari lima meter dari jalan raya.
Akibatnya, kendaraan dari jalan raya hendak menyenyeberang rel tidak punya banyak ruang aman agar tidak berada terlalu dekat dengan rel.
Kerawanan itu bertambah, kata dia, dengan lampu dan sirine yang mati.
"Untuk yang tengah yang paling dekat Kantor Desa itu lampunya menyala kuning tapi setelah kereta lewat," kata dia.