Menurut Danu, nazar tersebut juga bagian dari tantangan dalam mengalahkan dirinya sendiri. Yakni mengikis hal-hal yang bersifat negatif, seperti sifat egois.
Hal tersebut juga bermakna perjalanan spiritual untuk menemukan makna kesabaran, keikhlasan, kepasrahan, dan yang paling penting adalah rasa optimisme.
Adapun mengunjungi makam orang tuanya, menurut Danu, merupakan tanda bakti anak kepada orang yang telah membesarkannya.
Perjalanan itu baginya adalah napak tilas bagaimana pengorbanan sepenuh hati maupun kesengsaraan orang tua saat membesarkan dan mengasuh anak-anaknya.
"Namun tetap, perjalanan Jakarta-Surabaya ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengorbanan orangtua," ujar Danu.
Baca juga: Hujan Lebat, Puluhan Rumah di Kediri Terdampak Banjir
Danu mengatakan, untuk perjalanan panjang dan kali pertama itu, dia tidak mempersiapkannya secara khusus. Bahkan persiapan fisik juga tidak dilakukannya.
"Efeknya lima hari pertama terasa kaku semua sehingga jalannya enggak begitu jauh, sering istirahat. Tapi Alhamdulilah secara fisik saya tidak ada penyakit juga," ungkapnya.
Menurutnya, kunci dari hal itu adalah manajemen diri yang disesuaikan dengan kondisi tubuh. Yakni istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.
Baca juga: Terungkap, Ini Identitas Perempuan yang Tewas Tertabrak Kereta Api di Kediri
Perjalanannya itu dilakukannya mulai pagi hingga malam.
Perjalanan malam dibatasinya hingga maksimal pukul 23.00 WIB. Setelah itu dia bangun kala subuh.
Tempat melepas penat dan capek yang sering dia kunjungi adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Danu hanya membawa baju ganti seadanya dan peralatan keselamatan dasar. Juga caping bambu untuk pelindung dari sengatan matahari.
Sebuah tongkat dari bambu kuning dengan beberapa lonceng kuningan kecil yang tertambat, seakan menjadi teman perjalanannya.
Baca juga: RSUD SLG Kediri Siapkan 2.000 Dosis Vaksin Booster, Ini Jadwal dan Syaratnya
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.