Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jemaah Haji Asal Malang Hilang Hampir Sebulan di Mekkah, Bagaimana Awal Mulanya?

Kompas.com, 26 Juni 2025, 07:11 WIB
Imron Hakiki,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Sukardi (67), jemaah haji asal Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang hilang di Mekkah diduga mengalamai dimensia.

Sebelum hilang, dia dua kali memisahkan diri dari rombongan selama perjalanan ke Tanah Suci.

Pertama, saat berada Asrama Haji di Sukolilo, Surabaya. Sukardi tiba-tiba memisahkan diri dari rombongan. Kemudian, ketika di Bandar Udara Jeddah, ia kembali terpisah dari rombongan.

"Syukurnya ia masih berhasil ditemukan saat itu," ungkap Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Walisongo, Aminuddin selaku lembaga yang membimbing Sukardi saat ditemui pada Rabu (25/6/2025).

Baca juga: Jemaah Haji Asal Kabupaten Malang Hilang Hampir Sebulan di Mekkah

Aminuddin mengatakan, pada saat di Asrama Haji Sukolilo, Sukardi menyebut-nyebut nama Komar, salah satu temannya di kampung halamannya di Malang.

“Jadi secara psikis memang labil saat perjalan ke Tanah Suci itu,” ungkapnya.

Belajar dari pengalaman itulah, akhirnya Sukardi tidak diperkenankan ikut saat semua rombongan melaksanakan ibadah shalat subuh di Masjidil Haram pada 29 Mei 2025. Ia diminta untuk melaksanakan shalat subuh di Hotel 813 di Sektor 8 Wilayah Misfalah.

“Di hotel sebenarnya Pak Sukardi ditemani salah satu anggota rombongan, khusus untuk menemani Pak Sukardi,” jelasnya.

Baca juga: Jemaah Haji Asal Malang Hilang Hampir Sebulan di Mekkah, Disebut Alami Demensia

Namun, temannya itu ketiduran diduga karena kecapaian. Lantas, saat itu Sukardi pun keluar sendirian dari hotel.

“Hilangnya Sukardi diketahui saat para rombongan datang dari shalat subuh di Masjidil Haram. Kita tunggu sampai seharian, ternyata Pak Sukardi tak kunjung datang setelah ditunggu 2x24 jam,” bebernya.

Sementara itu, upaya penyisiran melalui rekaman CCTV hotel, juga tidak terdeteksi jejak lintasan Sukardi.

“Akhirnya ketua rombongan kami membuat laporan kehilangan ke Bidang Perlindungan Jemaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, dan sejauh ini Linjam juga telah membuat laporan kehilangan ke kepolisian setempat Arab Saudi,” bebernya.

Aminuddin menyebut, Sukardi diduga keluar tanpa membawa identitas lengkap. Ia hanya membawa tanda pengenal berupa gelang di tangannya, yang memang tidak boleh dilepas bagi setiap jamaah haji.

Ia berharap, Sukardi segera ditemukan sebelum para jemaah haji bertolak ke Madinah. Dijadwalkan, rombongan jamaah haji di bawah bimbingan KBIH Walisongo akan bertolak ke Madinah pada hari Jumat (27/6/2025) mendatang, selanjutnya pulang ke Indonesia pada 5 Juli 2025.

Diberitakan sebelumnya, Sukardi, warga Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dilaporkan hilang di Arab Saudi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau