MALANG, KOMPAS.com - Dua sekolah dasar negeri (SDN) di Kota Malang, Jawa Timur, mencatatkan minimnya murid baru dalam sistem penerimaan murid baru (SPMB) 2025.
Kedua sekolah tersebut terletak di Kecamatan Lowokwaru dan Sukun.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, menjelaskan bahwa rendahnya jumlah murid di kedua sekolah disebabkan kepadatan penduduk yang rendah di sekitar lokasi.
Ia menyatakan bahwa orang tua cenderung enggan menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang terlalu jauh, mengingat usia siswa SD masih kecil dan membutuhkan pengawasan ekstra.
"Walaupun, maaf-maaf ya, percayakan kepada kami, kepada guru. Insyaallah guru sudah mengawasi ekstra juga anak-anak kelasnya," ungkap Suwarjana pada Rabu (25/6/2025).
Baca juga: Hanya Dapat 10 Murid, SD Negeri di Palembang Sepi Peminat
Untuk mengatasi kekosongan pagu, Disdikbud Kota Malang memutuskan mengizinkan pendaftaran secara offline.
"Memang kemarin yang kosong itu kami offline-kan. Jika online lagi, pasti akan membingungkan masyarakat," tambahnya.
Suwarjana juga menambahkan bahwa masyarakat dari luar Kota Malang, seperti Kabupaten Malang, diperbolehkan mendaftar secara offline hingga pagu terpenuhi.
Total pagu untuk SD Negeri di Kota Malang mencapai sekitar 10.000 siswa.
Jika ditambahkan dengan SD swasta dan madrasah ibtidaiyah (MI), totalnya mencapai 13.500 siswa per tahun.
"Itu per tahun, baik yang lulus maupun yang masuk," kata Suwarjana.
Meskipun demikian, Disdikbud Kota Malang menegaskan tidak akan terburu-buru melakukan penutupan atau penggabungan (merger) sekolah.
Baca juga: Kemendikdasmen Akan Beri Sanksi Sekolah yang Terima Murid Melebihi Daya Tampung
Suwarjana menyampaikan bahwa keputusan untuk melakukan merger hanya akan dipertimbangkan jika kondisi minim siswa terjadi selama tiga tahun berturut-turut.
"Kami tidak bisa gegabah menutup atau me-regroup sekolah itu. Bagaimanapun, kami harus melihat tahun berikutnya," ujar Suwarjana.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikbud Kota Malang, Muflikh Adhim, menambahkan bahwa meskipun ada sekolah yang minim siswa, kondisi saat ini tidak seburuk tahun sebelumnya.